Penggunaan Plastik Meningkat, Berikut 8 Tips untuk Tetap Ramah Lingkungan Selama di Rumah Aja
Gaya hidup | 15 Juli 2021, 14:39 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Pola hidup di rumah aja selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat (Protokol Darurat Kesehatan) bisa jadi bumerang dan melahirkan sikap apatis terhadap lingkungan. Bagaimana tidak, hampir sebagian pola konsumsi sehari-hari dilayani dengan plastik dan energi.
Ketentuan Protokol Darurat Kesehatan yang mengatur rumah makan dan restoran dengan hanya bisa melayani take-away dan delivery memaksa restoran dan usaha-usaha kecil lainnya untuk menggunakan plastk sekali pakai.
Bukan hanya plastik dan sampah medis, penggunaan energi selama di rumah saja juga meningkat dari sebelum pandemi.
Baca Juga: Mendaur Ulang Tutup Botol Plastik Jadi Kabel USB
Sebelumnya, Tim Teliti Sampah Plastik LIPI melakukan survei online terkait penggunaan sampah plastik selama pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat dan Makassar pada 20 April - 5 Mei 2020.
Hasil penelitian pada 1095 responden usia 15 tahun ke atas, menunjukkan bahwa selama pandemi di Jabodetabek, sampah plastik dari jasa antar paket meningkat 62 persen. Sementara plastik dari jasa antar makanan siap saji meningkat 47 persen.
“Di Jabodetabek, semua responden mengaku mengalami peningkatan delivery paket dan makanan. Untuk di provinsi lainnya, beberapa responden mengaku mengalami peningkatan namun beberapa lainnya mengalami penurunan delivery paket dan makanan,” jelas Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang juga tergabung dalam Tim Teliti Sampah Plastik LIPI, Intan Suci Nurhati dikutip dari laman resmi LIPI pada Kamis (15/7/2021).
Intan menyebut mayoritas responden yang sebelumnya hanya melakukan belanja online 1 hingga 5 kali dalam satu bulan, menjadi 1 hingga 10 kali selama PSBB atau WFH, khususnya di wilayah Jabodetabek. Pembelian online didominasi oleh makanan, disinfektan, obat, dan alat pelindung diri.
“Pembelian obat meningkat dari 14,1 persen menjadi 36,5 persen; alat pelindung 4,6 persen menjadi 34,6 persen; disinfektan meningkat dari 10,0 persen menjadi 42,1 persen. Sebaliknya, pembelian online kosmetik menurun 31,6 persen menjadi 28,5 persen; terkait hobi dan olahraga 26,0 persen menjadi 18,0 persen; dan busana menurun dari 50,7 persen menjadi 24,7 persen,” terang Intan.
Baca Juga: Inovasi Unik! Mengubah Sampah Upacara Jadi Eco Enzym
Merespon hal itu, Greenpeace lewat pubilkasinya yang berjudul “Menghadapi Pandemi dengan Tenang” membuat tips-tips mudah untuk tetap ramah lingkungan selama masa karantina atau di rumah saja.
Pertama, pilih kemasan ramah lingkungan saat take away. Anda bisa menanyakan kepada restoran atau kios tersebut apakah menyediakan wadah yang tidak sekali pakai.
Lebih praktisnya, Anda bisa membawa wadah sendiri.
Kedua, beli yang Anda perlukan saja.
“Di saat yang tidak menentu ini, pasti sangat mudah untuk panic buying,” tulis Greenpeace. Tidak disarankan untuk membeli sesuatu impulsif di toko online. Kemasan plastik dan kotak kertasnya akan menjadi sampah yang menggunung di rumah Anda.
Ketiga, selalu membawa tas belanjaan saat berbelanja.
Jika perlu, bawa pula tempat yang bisa digunakan lagi untuk membeli bahan-bahan segar seperti daging, ayam maupun ikan.
Keempat, dan juga penting, adalah hemat energi selama di rumah aja.
Ini adalah saat yang terbaik untuk implementasi langkah-langkah hemat energi di sekitar rumah, termasuk mengganti lampu LED dan memerhatikan listrik di rumah Anda.
Baca Juga: NGOPI | Sampah Medis Bikin Miris (Bag 1)
Penulis : Hedi Basri Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV