Menurut Petunjuk Bapak Presiden hingga Pentil Kecakot, Ungkapan Unik di Sekitar Sosok Harmoko
Politik | 5 Juli 2021, 06:10 WIBJAKARTA,KOMPAS.TV- Menteri Penerangan di era Orde Baru, Harmoko meninggal dunia pada Minggu (4/7/2021) malam di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta.
Harmoko merupakan Menteri Penerangan di era Orde Baru (Orba). Banyak hal-hal dan ungkapan unik yang berada di sekitar sosok almarhum saat masih menjabat sebagai Menteri Penerangan.
Berikut ini KompasTV rangkumkan ungkapan-ungkapan unik saat Harmoko masih menjadi Menteri Penerangan:
Baca Juga: Mengenang Safari Ramadan Gaya Harmoko yang Banyak Ditiru Para Politikus Masa Kini
1. Menurut petunjuk bapak Presiden
Semasa menjadi Menteri Penerangan, Harmoko juga kerap terdengar mengungkapkan kalimat "Menurut petunjuk bapak Presiden".
Ungkapan ini disampaikan mantan wartawan itu saat menyampaikan pernyataan dari Presiden Soeharto saat itu.
Wajar saja, sebab dengan posisinya sebagai Menteri Penerangan, memang mengharuskan Harmoko sering mengeluarkan pernyataan salah satunya dari Presiden.
Ungkapan "Menurut Petunjuk Bapak Presiden" sendiri menjadi ungkapan paling ikonik dan terkenal yang disampaikan almarhum Harmoko.
Baca Juga: Rumah Mantan Menteri Harmoko Kemalingan
2. Pentil Kecakot
Ungkapan unik lainnya yang sering dilontarkan Harmoko yakni Pentil Kecakot.
Menurut Harmoko, Pentil Kecakot merupakan kependekan dari Penerangan Tilpon (telepon) Kecamatan Kota.
3. Hari-hari omong kosong
Ungkapan "Hari-hari omong kosong", ungkap Harmoko saat itu ternyata merupakan kepanjangan dari nama dia yakni Harmoko.
Ungkapan ini merupakan sindiran yang diterimanya dari kalangan masyarakat. Harmoko menyadari hal itu. Namun dia memiliki pembelaan.
"Saya pikir yang tepat bukan sindiran seperti itu (hari-hari omong kosong), tetapi hari-hari omong komunikasi, komunikasi dengan rakyat," ujarnya dikutip dari Kompas.com.
Selain tiga ungkapan terkenal itu, ada satu hal lain yang juga unik dialami Harmoko semasa hidupnya. Kali ini terjadi ketika Harmoko menjadi Ketua DPR-MPR periode 1997-1999.
"Begitu palu sidang saya ketukkan, meleset, bagian kepalanya patah, kemudian terlempar ke depan...," ungkap Harmoko dalam buku Berhentinya Soeharto: Fakta dan Kesaksian Harmoko.
Baca Juga: Empat Orang Tewas Akibat Bus AKAP Terguling di Tikungan Harmoko
Patahnya palu sidang itu terjadi saat Sidang Paripura ke-V, penutupan sidang MPR, 11 Maret 1998. Sidang tersebut menandai terpilihnya lagi Soeharto menjadi Presiden untuk ketujuh kalinya.
Awalnya seperti biasa, sebagai pimpinan sidang, Harmoko menutup sidang dengan mengetukkan palu sebanyak tiga kali.
Namun, hari itu, palu sidang patah saat diketukkan. Kepala palu terlempar ke depan meja jajaran anggota MPR.
Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut, putri sulung Presiden Soeharto, ada di barisan terdepan dan berhadapan langsung dengan kursi pimpinan dewan.
Kejadian tersebut sedikit mengguncang Harmoko. Sebab, insiden patahnya palu sidang baru kali pertama terjadi dalam sejarah persidangan MPR yang sudah berlangsung bertahun-tahun.
"Bahwa hati saya bertanya-tanya," ujarnya.
Usai sidang, seperti biasa pula, Harmoko mendampingi Presiden Soeharto meninggalkan ruang sidang paripurna.
Pertanyan-pertanyaan dalam benaknya tak kunjung sirna saat ia berjalan di atas karpet mengantarkan Presiden Soeharto menuju lift di Gedung MPR-DPR.
Sesampainya di depan lift, Harmoko menyatakan permohonan maaf kepada Presiden Soeharto.
Baca Juga: Ini Alasan Mantan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie Akui Sudah Disuntik Vaksin Nusantara
"Saya minta maaf, palunya patah. Lantas Pak Harto hanya tersenyum sambil menjawab 'barangkali palunya kendor'," kata dia.
Berita meninggalnya Harmoko tersebar dari pesan berantai.
"Innalillahi wa innailaihi rojiun telah meninggal dunia *Bpk. H. Harmoko bin Asmoprawiro* pada hari Minggu 4 Juli pada jm 20:22 WIB di RSPAD Gatot Soebroto. Mohon dimaafkan segala kesalahan beliau dan mohon doanya insya Allah beliau husnul khotimah. Aamiin YRA"
Selain itu di media sosial seperti Twitter dan Instagram, para netizen juga menyampaikan kabar duka cita tersebut.
Penulis : Gading Persada Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV