Vaksin Covid-19 Memengaruhi Menstruasi? Ahli: Tidak Ada Bukti Ilmiah di Balik Kekhawatiran Ini
Kesehatan | 21 Juni 2021, 21:11 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Jagad Twitter kini tengah diramaikan dengan persoalan, apakah vaksin Covid-19 memengaruhi siklus mentruasi?
Setelah mendapatkan suntikan vaksin Covid-19, sebagian dari kita mungkin mengalami efek samping yang umum, seperti sakit kepala, nyeri lengan, demam, hingga gejala mirip flu.
Namun, belakangan banyak yang mengaitkan efek samping vaksin dengan siklus menstruasi.
Baca Juga: Banyak Anak Meninggal Akibat Covid-19, IDI Mohon Pemerintah Percepat Vaksinasi dan Tes Massal
Tak hanya di Indonesia, Healthline melaporkan ada beberapa keluhan terkait efek vaksin Covid-19 yang diduga memengaruhi menstruasi, di antaranya menggambarkan mentruasi yang tidak teratur hingga mengalami periode yang berat setelah vaksinasi.
Namun, efek tersebut nampak bersifat sementara. Artinya, sebagian besar yang mengalami keluhan tersebut akan kembali ke siklus menstruasi normal beberapa minggu setelah vaksinasi.
Sebuah surat yang ditujukan kepada British Medical Journal (BMJ) melaporkan, sejak awal April 2021, terdapat sekitar 858 kasus perubahan menstruasi yang dilaporkan ke British Medicine and Healthcare Product Regulary Agency.
Baca Juga: Target Vaksinasi Covid-19 Warga Yogyakarta Selesai Agustus 2021
Perubahan menstruasi tersebut meliputi periode berat, pendarahan antar periode, pendarahan vagina setelah menopause.
Efek tersebut lebih umum terjadi pada vaksin AstraZeneca, yang tidak diizinkan untuk digunakan di Amerika Serikat, dibandingkan dengan vaksin Pfizer-BioNTech.
Hingga kini, belum ada penelitian yang dilakukan secara langsung menghubungkan perubahan menstruasi dengan vaksin Covid-19. Terlebih, ada banyak faktor yang dapat memengaruhi perubahan siklus menstruasi, seperti stres, kecemasan, hingga faktor nutrisi.
Baca Juga: Seberapa Efektif Vaksin Covid-19 untuk Melawan Varian Alpha hingga Delta? Berikut Jabarannya
Sementara itu, melansir Gavi.org, Senin (21/6/2021), sebuah penelitian terhadap lebih dari 35.000 perempuan hamil saat mereka menerima vaksin, menunjukkan tidak ada peningkatan risiko efek samping yang parah atau hasil kehamilan yang merugikan, baik dari vaksin Moderna atau Pfizer-BioNTech.
Studi tersebut dilakukan terhadap responden berusia 16-54 tahun yang dilakukan oleh para ilmuwan di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AD dan dipublikasikan di New England Journal of Medicine, April lalu.
Soal anggapan vaksin memengaruhi kesuburan, Chief Scientist di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Soumya Swaminathan, mengatakan hal tersebut sebagai mitos umum.
Baca Juga: Positif Covid-19, Prosesi Lamaran Secara Online
Ia menegaskan bahwa vaksin tidak mengganggu fungsi organ reproduksi, baik pada laki-laki maupun perempuan.
“Sama sekali tidak ada bukti ilmiah atau kebenaran di balik kekhawatiran ini bahwa vaksin entah bagaimana mengganggu kesuburan, baik pada laki-laki atau perempuan, karena apa yang dilakukan vaksin adalah merangsang respons kekebalan terhadap protein atau antigen tertentu dari virus atau bakteri itu,” terangnya.
“Tidak mungkin mereka dapat mengganggu fungsi organ reproduksi baik pada laki-laki maupun perempuan.”
Selain itu, American College of Obstetricians and Gynecologists menyarankan untuk memberikan vaksin kepada perempuan hamil, mengingat Covid-19 cenderung parah pada kehamilan dan memengaruhi bayi.
Baca Juga: Menkes Budi Gunadi Sadikin Bicara Soal Pengendalian Lonjakan Covid-19
Sementara itu, seorang ginekolog cum profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Yale, AS, Mary Jane Minkin, mengatakan bahwa perubahan siklus menstruasi jangka pendek ini bukan menjadi alasan untuk menghindari vaksinasi.
“Manfaat vaksinasi tentu saja jauh lebih besar daripada satu periode menstruasi hebat, jikapun memang ada kaitan antara keduanya,” katanya.
Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV