> >

Orang Tua Berharap Ada Vaksinasi untuk Anak Sebelum Sekolah Tatap Muka

Update corona | 18 Juni 2021, 16:50 WIB
Pelaksanaan uji coba sekolah tatap muka di SMKN 1 Depok Sleman. (Sumber: Switzy Sabandar/KOMPAS.TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Pemerintah tengah mengkaji pemberlakuan sekolah tatap muka di tengah kondisi pandemi Covid-19 saat ini.

Namun, tak semua orang tua menyambut baik rencana tersebut. Hal tersebut, diungkapkan oleh Rieka Handayani selaku orang tua di Jakarta. 

Ia mengaku masih menyangsikan wacana pemerintah untuk memberlakukan sekolah tatap muka. Pasalnya, sejauh ini pemerintah juga belum punya sampling seperti apa pemberlakuan belajar di tengah pandemi.

"Sistemnya seperti apa itu kan belum ada, baiknya tentu mengacu ke negara yang sudah mengimplementasikan belajar tatap muka di tengah pandemi. Apalagi belakangan kasus Covid-19 naik lagi, sebagai orang tua tentu saya khawatir dan tidak setuju," kata Rieka, Kamis (17/6/2021), dilansir dari laman Kontan.co.id (18/6/2021). 

Namun, dia akan mendukung program vaksinasi bagi anak sebelum memulai sekolah tatap muka, apabila memang sudah ada program vaksinasi untuk anak. Pasalnya, dengan vaksinasi, Rieka mengaku lebih tenang sebagai orang tua ketika membiarkan anaknya sekolah tatap muka

"Kalaupun ada, saya lebih pilih vaksin mandiri. Bukan karena tidak percaya pemerintah, tapi agar jadwalnya bisa lebih cepat dan tidak perlu.menunggu giliran. Karena vaksin kan memang jadi prioritas," ujar Rieka.

Baca Juga: Kalbe Farma Gandeng Perusahaan Farmasi Korea Selatan untuk Kembangkan Vaksin Covid-19

Hal serupa juga diungkapkan oleh Ajib Hamdani. Menurutnya, anak-anak menghadapi risiko besar karena belum terlindungi. 

Sebagai orang tua, Ajib percaya pemerintah akan beri opsi yang terbaik atas jenis vaksin yang ditawarkan dengan melihat pada praktik global yang sudah berjalan.

“Kalau perlu bayar, saya bersedia, namun mungkin perlu dipikirkan adanya subsidi bagi masyarakat umum. Vaksin gratis tetap diperlukan, karena tidak semua mampu membayarnya,” ujar Ajib.

Soal harga, Ajib berharap tidak jauh dari harga vaksin gotong royong yang berlaku saat ini, yakni sampai dengan Rp 500.000 per vaksin.

Tren kasus anak-anak 

Sebelumnya diberitakan, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia mengatakan, kasus aktif pada anak-anak cenderung meningkat belakangan ini. 

Sekitar 16 persen atau 661 kasus dari 4.144 kasus aktif pada Kamis terjadi pada anak-anak. Sebanyak 144 kasus di antaranya adalah anak di bawah usia lima tahun. 

"Tren kasus positif aktif pada anak di bawah usia 18 tahun meningkat. Untuk itu kami mengingatkan warga untuk menghindari keluar rumah membawa anak-anak," ujar Dwi. 

Selain itu, Dwi juga mengingatkan warga untuk mengurangi mobilitas untuk mencegah kenaikan kasus ke depannya, mengingat mutasi virus corona yang baru sudah ditemukan di Jakarta.

Varian tersebut adalah varian Alpha (B.117), varian Beta (B.1.351), dan varian Delta (B.1617.2), yang diyakini lebih mudah menular dan menimbulkan gejala yang lebih berat. 

Baca Juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Zona Merah di Jakarta Tidak Gelar Pembelajaran Tatap Muka

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU