> >

AIMAN - Pegasus, Peretasan, dan Teror Aktivis Antikorupsi

Aiman | 24 Mei 2021, 12:23 WIB
Ilustrasi hacker atau peretas. (Sumber: Shutterstock via Kompas.com)

KOMPAS.TV - Marak tersebar berita dan informasi soal peretasan sejumlah eks pimpinan KPK lintas periode, termasuk di dalamnya juga meretas pegiat antikorupsi.

Siapa yang melakukan dan dalam tujuan apa?

Pertanyaan yang tak mudah terjawab, termasuk jawaban dengan menggunakan perangkat apa?

Bermula pada Konferensi Pers yang digelar pada Senin pekan lalu secara daring (online).

Sejumlah eks pimpinan KPK, di antaranya Busyro Muqoddas sang Ketua KPK 2010-2011, Abraham Samad, Adnan Pandu Praja, Saut Situmorang dan Bambang Widjojanto hadir di dalamnya.

Baca Juga: Diprediksi 18 juta Orang Mencoba Tetap Nekat Untuk Mudik – AIMAN (5)

Selain itu ada pula sejumlah pegiat antikorupsi yang tergabung dalam Indonesia Corruption Watch (ICW).

Pada saat konferensi pers berlangsung ada-ada saja kejadiannya.

Mulai dari moderatornya, Nisa Zonzoa yang tiba-tiba dipesankan makanan lewat aplikasi online-nya.

Dari Seblak Sampai Robocall

“Ada seblak level 5, Pizza, Dim sum, dan banyak lagi. Sebagian sampai ke saya, dan saya bayar. Tapi sebagian yang lain dibayar oleh driver ojek onlinenya, karena sang ojek menolak untuk saya bayar, ‘biar saya makan mbak,’ kata dia," ungkap Nisa kepada saya di Program AIMAN yang tayang setiap Senin pukul 8 malam di KOMPAS TV.

Tak berhenti, sejumlah pelaku peretasan yang bergerak secara siluman ini juga masuk ke link zoom dan mengacaukan.

Baca Juga: Bangunan Tidak Terpakai Selama 50 Tahun Untuk Isolasi Pemudik Nekat – AIMAN (4)

Di antaranya mematikan mikrofon dan video sejumlah pimpinan KPK dan peserta, hingga menampilkan video porno di tengah-tengah zoom meeting berupa konferensi pers.

Sejumlah aktivis yang lain juga mendapat serangan berlanjut.

Di antaranya mendapat Robocall, alias telepon bertubi-tubi dari berbagai nomor.

Uniknya, kali ini berasal dari satu operator saja.

Pegasus & Finfischer

Memang ada sejumlah perangkat yang memungkinkan melakukan peretasan untuk masuk ke dalam aplikasi korban yang dijadikan target.

Spyware nama perangkatnya dan ada berbagai macam.

Salah satu yang terkenal adalah Finfischer, yang bisa dijual di pasar gelap dan siapa pun bisa membelinya dengan harga belasan juta hingga di atas 20 miliar rupiah.

Baca Juga: Penangkapan Munarman Dengan Menutup Mata, Sesuai Prosedur? - AIMAN

Dalam situs citizenlab.ca, yang merupakan situs semacam aktivis HAM internet, terdeteksi aktivitas Finfischer marak di Indonesia, entah siapa yang menggunakan.

Ada pula yang terbaru adalah Pegasus. Perangkat kompak yang diklaim paling canggih saat ini, dan biasanya digunakan untuk negara - negara blok Amerika Serikat.

Rusia dan Tiongkok menggunakan jenis yang berbeda, meski tak kalah canggih. Pegasus adalah perangkat buatan Israel.

Ia bisa masuk ke dalam perangkat digital, entah itu HP atau laptop korban, dan melihat hingga mengakses apa yang biasa dilihat oleh korban dalam perangkatnya.

Bahkan Pegasus bisa menyalakan mikrofon dan video dalam keadaan perangkat tidak digunakan, sehingga bisa merekam semuanya tanpa diketahui sang empunya.

Baca Juga: AIMAN - Misteri Peledak Dahsyat di Eks Markas FPI

Dalam situs Citizenlab.ca, tampak Indonesia belum terdeteksi adanya Pegasus.

Tapi tunggu dulu, dalam situs tadi diamati pada 2018, 3 tahun lalu. Saat ini? Tak ada yang tahu.

Di pasar resmi perangkat Pegasus ini dijual hingga setengah triliun rupiah.

Di pasar gelap tentu harganya mahal, rasanya sulit jika dibeli oleh pihak orang per orang, tak seperti Finfischer.

Saya mengubungi pakar keamanan siber, Ruby Alamsyah. Saya menanyakan apa bedanya software mata-mata Pegasus dan Finfischer, karena harganya beda jauh.

“Pegasus jauh lebih canggih baik dalam membuka akses maupun kemampuan spy-nya. Pegasus yang tertanam di perangkat korban, maka korban tidak akan mengetahui telah ditanam perangkat mata - mata. Karena, paket data dan baterainya tidak cepat habis, seperti perangkat yang jauh lebih murah, serta aksesnya jauh lebih luas. Tak pengaruh mau pake Hp android atau IOS, semua bisa diakses,” Kata Ruby kepada saya.

Kok, Bisa Terinfeksi Spyware?

Bagaimana bisa terinfeksi spyware?

Untuk kelas yang paling canggih, Pegasus, hanya dengan cara mengirimkan link apa pun bisa berupa video atau gambar atau tautan berita misalnya, sekali klik, langsung terinfeksi perangkat mat -mata.

Oleh karenanya keamanan dua faktor menjadi penting, terlebih yang menggunakan pihak ketiga, misalnya pesan singkat sms, akan lebih aman.

Baca Juga: AIMAN - Menteri Baru, Hari Rabu, dan Koalisi Gemuk

Meski para orang tak bertanggung jawab ini, pasti akan terus dengan berbagai cara menembus pertahanan data masing - masing pihak yang dikehendaki.

Lalu bagaimana dengan peretasan aktivis tadi?

Sesungguhnya ada undang - undang ITE yang bisa menjerat siapa pun yang melakukan pengambilan data secara ilegal.

Ancamannya 7 tahun dan denda miliaran, kata Juru Bicara Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN), Anton Setiawan.

Meski kini pertanyaannya, akankah semua ini diungkap dan terungkap?

Pertanyaan yang mungkin butuh dari sekadar jawaban, yakni pembuktian.

Bukankah kita selayaknya merawat kebebasan sipil sebagaimana mana kita juga harus terus merawat keberagaman?

Saya Aiman Witjaksono...

Salam!

Penulis : Haryo Jati Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU