Pemimpin Hamas Kirim Surat ke Presiden Jokowi, Minta Dukungan hingga Sebut Indonesia Saudara
Peristiwa | 20 Mei 2021, 03:40 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Pada Selasa (19/5/2012) Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) tentang meningkatnya serangan Israel ke Jalur Gaza, Palestina.
Dalam surat itu, Haniyeh meminta Presiden Jokowi mengumpulkan dukungan dari berbagai pihak agar serangan Israel ke Palestina segera berhenti.
"Kami meminta Anda untuk bertindak segera, serta untuk memobilisasi dukungan Arab, Islam dan internasional, untuk mengambil posisi yang jelas dan tegas, untuk mewajibkan pendudukan segera mengakhiri serangan dan teror yang dilakukan oleh pendudukan Israel terhadap Jalur Gaza yang terkepung," tulis Haniyeh dalam surat itu, dikutip dari Anadolu Agency.
Baca Juga: Palestina Dapat Dukungan dari 163 Negara, Sedangkan 15 Lainnya Tak Mau Mengakui Kedaulatannya
Haniyeh juga meminta Indonesia ikut membantu Palestina mengakhiri tindakan Israel menduduki Yerusalem.
Surat itu merinci tindakan Israel yang melakukan pendirian pemukiman di wilayah Yerusalem Timur, penggusuran paksa, diskriminasi rasial, terutama di lingkungan Sheikh Jarrah.
Pimpinan Hamas itu pun meminta Presiden Jokowi ikut menggerakkan dukungan internasional agar Israel tak menyentuh Masjid Al-Aqsa, simbol suci Umat Islam.
Haniyeh berharap dukungan itu dapat membuat rakyat Palestina bebas beribadah di masjid itu.
“Semoga Tuhan melestarikan dan mengaruniakan kesuksesan, dan kemajuan lebih jauh untuk saudara Indonesia,” kata Haniyeh.
Sebelumnya, Haniyeh juga menulis surat untuk Jokowi pada 10 Mei 2021. Saat itu, Haniyeh meminta dukungan dan menyerukan umat Islam untuk berdiri bersama melawan serangan Israel di akhir bulan suci Ramadhan.
Surat itu terkait kekerasan aparat pada jemaah di kompleks Masjid Al-Aqsa saat bulan Ramadhan.
Baca Juga: Presiden Palestina: Israel Dapat Dihukum atas Aksi Terorisme dan Kejahatan Perang di Gaza
Ketegangan mulai memuncak ketika aparat Israel melakukan penggusuran paksa pada warga Palestina dari Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur.
Penggusuran paksa ini adalah dalam upaya Israel mengukuhkan Yerusalem sebagai ibu kota negara mereka.
Israel memang menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama perang Arab-Israel 1967.
Lalu, pada 1980, Israel mencaplok seluruh kota Yerusalem, melanggar hukum internasional. Tindakan Israel itu juga tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.
Terkait kekerasan aparat di Al-Aqsa itu, Hamas pun mengirimkan rudal ke arah Israel. Israel membalas dengan serangan udara bertubi-tubi ke Jalur Gaza.
Akibatnya, serangan Israel telah menewaskan 227 warga sipil Palestina, termasuk 64 anak hingga 19 Mei 2021. Kemudian, 1600 orang luka-luka.
Sedangkan di pihak Israel, warganya yang dinyatakan meninggal karena serangan Hamas berjumlah 12 orang, termasuk 2 anak-anak. Setidaknya 300 warga Israel luka-luka.
Baca Juga: Pengamat Hubungan Internasional Ungkap Deretan Fakta dan Latar Belakang Konflik Israel-Palestina
Masyarakat berbagai negara di seluruh dunia mendesak Israel menghentikan serangan ke Palestina. Namun, desakan gencatan senjata belum juga meredakan serangan Israel.
Mengutip AlJazeera, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, pihaknya bersikeras melanjutkan serangan hingga “sasaran tercapai”.
Pernyataan Netanyahu itu terlontar dalam sambungan telepon dengan Presiden Amerika Joe Biden pada Selasa (19/5/2021).
Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Tito-Dirhantoro
Sumber : Kompas TV