> >

BKN: Ada Tiga Aspek Capaian Tes Wacana Kebangsaan Pegawai KPK, Salah Satunya Anti Radikalisme

Politik | 8 Mei 2021, 21:05 WIB
Konferensi pers KPK, Rabu, 5 Mei 2021 terkait hasil tes wawasan kebangsaan (TWK) kepada pegawai KPK. (Sumber: Tangkap layar kanal YouTube KOMPASTV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Kepegawaian Negara (BKN) menyebut ada tiga aspek cakupan tes wawasan kebangsaan (TWK): Integritas, Netralitas, dan Anti radikalisme.

Hal tersebut disampaikan Plt Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Hukum dan Kerjasama BKN Paryono melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (8/5/2021).

Menurut Paryono, integritas dimaksudkan untuk mengukur konsistensi dalam berperilaku yang selaras dengan nilai, norma, dan etika organisasi dalam berbangsa dan bernegara.

Sementara netralitas, lanjut Paryono, ditujukan untuk memastikan tindakan yang dilakukan tidak berpihak dari segala bentuk pengaruh manapun dan tidak memihak kepada kepentingan siapapun.

Baca Juga: BKN Sebut Tes Wawasan Kebangsaan KPK Berbeda dengan TWK CPNS: Libatkan Lembaga Berpengalaman

Adapun anti radikalisme, kata Paryono, dibuat untuk memastikan bahwa peserta: tidak menganut paham radikalisme negatif, setia dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, NKRI dan pemerintahan yang sah.

Bagi Paryono, pegawai KPK tak diperkenankan memiliki prinsip liberalisme yang membahayakan kelangsungan kehidupan bernegara.

“Ketiga aspek yang diukur ini merupakan sebagian dari landasan prinsip profesi ASN atau syarat seperti yang diuraikan dalam Pasal 3, 4 dan 5, UU No 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan Pasal 3, PP No 41/2020 tentang Pengalihan Pegawai KPK Menjadi Pegawai ASN,” jelas Pryono.

Selain itu, BKN juga mengatakan bahwa tes wawasan kebangsaaan (TWK) bagi pegawai KPK berbeda dengan tes untuk CPNS.

“CPNS adalah entry level, sehingga soal-soal TWK yang diberikan berupa pertanyaan terhadap pemahaman akan wawasan kebangsaan,” kata Paryono.

Baca Juga: BKN Serahkan Status 75 Pegawai yang Tidak Lolos TWK ke Pimpinan KPK

Kata Paryono, TWK untuk pegawai KPK dilakukan terhadap mereka yang telah menduduki jabatan senior sehingga perlu jenis tes berbeda.

Tes berbeda itu, lanjutnya, ditujukan untuk mengukur tingkat keyakinan dan keterlibatannya dalam proses berbangsa dan bernegara.

Soal independensi dalam melaksanakan proses asesmen TWK, kata Paryono, BKN menggunakan pelaksanaan asesmen dengan metode assesment center.

Kata Paryono, metode tersebut juga dikenal sebagai multi-metode dan multi-asesor, yaitu: Multi-metode dan Multi-asesor.

Baca Juga: BKN Serahkan Status 75 Pegawai yang Tidak Lolos TWK ke Pimpinan KPK

Multi-metode, atau penggunaan lebih dari satu alat ukur adalah asesmen yang dilakukan dengan menggunakan beberapa alat ukur, yaitu: tes tertulis Indeks Moderasi Bernegara dan Integritas (IMB68), penilaiaan rekam jejak (profiling) dan wawancara.

Sedangkan Multi-asesor, adalah asesmen yang melibatkan asesor tidak hanya berasal dari BKN, namun melibatkan asesor dari instansi lain yang telah memiliki pengalaman dan yang selama ini bekerja sama dengan BKN dalam mengembangkan alat ukur tes wawasan kebangsaan, seperti Dinas Psikologi TNI AD, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), BAIS dan Pusat Intelijen TNI AD.

“Hal ini semua dimaksudkan untuk menjaga objektivitas hasil penilaian dan untuk mencegah adanya intervensi dalam penilaian, dan dalam penentuan hasil penilaian akhir dilakukan melalui Assessor Meeting,” tuturnya.

Baca Juga: KPK Sebut Tak Ada Pemecatan 75 Pegawai Yang Tak Lolos TWS, Sebelum Ada Putusan BKN dan Kemenpan RB

Ia menilai metode tersebut menjamin tidak ada satu orang asesor pun atau instansi yang terlibat yang bisa menentukan nilai secara mutlak. Hal itu untuk menjaga independensi.

“Dalam pelaksanaan asesmen juga dilakukan perekaman secara video maupun audio untuk memastikan pelaksanaan asesmen dilakukan secara obyektif, transparan dan akuntabel.” tandas Paryono.

Penulis : Hedi Basri Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU