> >

Kisah-Kisah Perempuan Bangkit Menantang Covid-19

Update corona | 21 April 2021, 00:17 WIB
Ibu Sulis (Sumber: Dok. Pribadi)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Pandemi Covid 19, memperparah kesenjangan bagi perempuan, baik dewasa maupun anak-anak. Salah-satunya: kehilangan pekerjaan.

Kesaksian ini diungkapkan oleh Aktifis Gerakan Peduli Perempuan Jember, Sri Sulistiyani.

Bersama Kelompok Pasar Kita dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jentera Perempuan Indonesia, Ibu Sulis demikian dia biasa disapa, mengaku menyaksikan banyak rekan-rekanya sesama perempuan yang terdampak pandemi.

“Banyak anggota komunitas kami kehilangan mata pencaharian," ucapnya.

Pembatasan kegiatan yang berkepanjangan telah menimbulkan tekanan dan kegelisahan bagi mereka. Padahal, mereka tidak memperoleh cukup dukungan psikologis.

Bagi mereka yang terkena dan telah sembuh dari Covid-19, mereka mendapat stigma buruk dari masyarakat, baik terhadap dirinya maupun keluarganya.

Menurut Ibu Sulis, banyak sekali “perempuan Indonesia tangguh” yang berjuang menghadapi pandemi Covid-19 seperti halnya di belahan lain dunia.

"Mereka berusaha sekuat tenaga, memutar otak untuk mencari solusi, dan tak malu atau gengsi untuk melakukan apa saja demi keluarga, yang penting dapur ngepul," tutur mantan guru matematika itu.

Salah satu contohnya, ada seorang ibu yang suaminya kehilangan pekerjaan sebagai pandai besi.

Dia menerima bantuan sosial dari organisasi dimana Ibu Sulis bergabung berupa sembako seperti beras, telur dan minyak goreng.

Sang ibu kemudian menumbuk berasnya menjadi tepung, kemudian mengolahnya dengan telur dan minyak goreng menjadi kue kering cipiran untuk dijual.

Uang hasil penjualan kue tersebut, dia belanjakan lebih banyak lagi bahan-bahan yang sama, sehingga lebih banyak kue kering yang bisa dia jual.

Saat ini, dia mempunyai usaha produksi kue kering yang dipasarkan melalui Pasar Kita, yang terus berkembang dan mampu menjual hingga 10 kilogram kue kering buatannya.

Hal ini seiring dengan meningkatnya kegemaran warga untuk ngemil akibat pembatasan kegiatan.

Ada juga cerita seorang perempuan yang semula berbisnis katering, namun terpaksa banting setir akibat semakin berkurangnya orderan.

Dia beralih profesi sebagai guru privat untuk anak-anak SD yang orang tuanya sibuk atau tidak bisa mendampingi belajar anak-anaknya.

Tetapi, pandemi tak cuma memukul mata pencaharian kaum perempuan. Melainkan juga memunculkan peningkatan kasus Kekerasan Berbasis Gender (KBG).

Catatan yang ditangani oleh LBH Jentera saja menunjukan peningkatan sebesar 38% dari 75 kasus pada 2019 menjadi 105 kasus pada 2020.

Menurut Ibu Sulis, dalam beberapa kasus yang didampinginya, korban KBG memilih untuk tidak bercerai dari suaminya.

Kondisi inilah yang membuat Ibu Sulis tergerak memberi dukungan dan pertolongan, melalui konsultasi, bantuan hukum, dan bahkan bantuan ekonomi.

Kisah-kisah perjuangan kaum perempuan ini banyak dibagikan, salah satunya melalui Atmago, sebuah platform yang dikembangkan dengan semangat gotong royong, “Warga Bantu Warga”.

Menurut Field Director Atma Connect, Alfan Kasdar, pihaknya berupaya menumbuhkan jurnalisme warga agar memunculkan perubahan sosial ekonomi yang diperlukan oleh komunitas di sekitar mereka.

“Dengan harapan dapat menginspirasi dan menjadi semangat kaum Perempuan untuk saling mendukung melawan Pandemi,” kata Alfan.

Penulis : Tito-Dirhantoro

Sumber : Kompas TV


TERBARU