> >

Nadiem Makarim, "Mas Menteri" yang Pintar Namun Banyak Disorot

Sosok | 19 April 2021, 05:00 WIB
Nadiem Makarim melambaikan tangannya saat berjalan memasuki Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin 21/10/2019 (Sumber: Kompas.com/ WAHYU PUTRO A)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Isu perombakan kabinet tiba-tiba menyeruak kembali. Nama-nama menteri pun kemudian bermunculan yang dianggap kurang mumpuni dalam melakukan tugasnya. Salah satu yang disebut adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. 

Apalagi, setelah DPR menyetujui penggabungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Ristek. Tentu dibutuhkan sosok yang tepat.     


Sorotan kepada "Mas Menteri" demikian ia ingin disapa,  semakin kuat setelah Presiden Jokowi menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan (PP SNP).

Disebut, PP ini menghilangkan pelajaran Bahasa Indonesia dan Pancasila. 

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menegaskan bahwa Pancasila dan Bahasa Indonesia  selalu dan akan tetap diwajibkan dalam kurikulum.

Baca Juga: Isu Mendikbud Nadiem Kena Reshuffle, Jubir Istana: Hanya Presiden Jokowi dan Allah SWT yang Tahu

Nadiem  menyatakan, PP tersebut disusun dengan tetap mengacu pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Serta substansi kurikulum wajib tertulis persis dengan UU tersebut.

"Kami senang dan mengapresiasi masukan dari masyarakat. Kami kembali menegaskan bahwa Pancasila dan Bahasa Indonesia memang selalu dan akan tetap diwajibkan dalam kurikulum, sehingga untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman lebih jauh, kami akan mengajukan revisi PP SNP terkait substansi kurikulum wajib," kata Nadiem dalam keterangan tulis,  Minggu (18/4/2021).

Posisi lelaki kelahiran Singapura 4 Juli 1984 ini memang senantiasa jadi sorotan. Sebelumnya, dalam peta jalan pendidikan 2020-2035 yang disusun kementeriannya, dikritik karena tak memasukan "frasa agama".

Nadeim lagi-lagi harus membantahnya. Jadi, kami akan pastikan bahwa kata ini akan termuat pada revisi Peta Jalan Pendidikan selanjutnya," ujar  pendiri Gojek, sebuah perusahaan transportasi dan penyedia jasa berbasis daring yang beroperasi di Indonesia dan sejumlah negara Asia itu.

Nadiem memang bukan berlatar belakang partai politik atau ormas. Dia adalah pengusaha muda dengan prestasi yang membanggakan.  Dia  lulusan Master of Business Administration di Harvard Business School, Amerika Serikat.

Beberapa gayanya terkesan nyeleneh. Misalnya, pernah memakai celana jeans ke acara pelantikan Rektor Universitas Indonesia pada Rabu 4 Desember 2019. Nadiem memang lekat dengan generasi milenial dan tampaknya ingin dekat dengan kelompok ini.

Baca Juga: Istana Jawab Isu Reshuffle Menteri Jokowi, Nadiem Kena Reshuffle?

Pada kesempatan tersebut dia pun mengaku membuang naskah pidato yang sudah disiapkan.

Namun, tak lama kemudian Covid-19 datang dan sekolah salah satu yang terkena dampaknya. Kepemimpinan alumni  jurusan Hubungan Internasional di Universitas Brown, Amerika Serikat, itu menuai banyak kritik. 

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, mempertanyakan keputusan Nadiem  yang memberikan tiga opsi kurikulum kepada sekolah untuk proses belajar mengajar di masa Covid-19.  Sebab hal itu justru  akan menimbulkan kebingungan di lapangan.

"Nah, ini kan makin aneh. Tak bisa begitu. Menetapkan tiga kurikulum artinya menerapkan kurikulum yang berbeda-beda. Ini agak membingungkan juga bagi guru," ujar Retno dalam diskusi daring, Sabtu, 8 Agustus 2020.

Dari Senayan kritikan tak kalah keras. Anggota Banggar Fraksi Nasdem Percha Leanpuri mengatakan, sebagai pencipta teknologi yang sangat terkenal di Indonesia, harusnya Nadiem bisa  menciptakan terobosan teknologi di sistem pendidikan RI.

"Webinar saat ini menggunakan aplikasi beda-beda. Apakah nanti pak Menteri sebagai ahli teknologi, bisa ada terobosan aplikasi yang seragam dalam pembelajaran ini?" kata Percha di Ruang Rapat Banggar, Rabu 15 Juli 2020.


Dan ketika sekolah direncakan dibuka Juli mendatang, Nadiem lagi-lagi mendapat sorotan. Pasalnya, di tengah pandemi Covid-19 yang belum melandai, sangat berisiko membuka sekolah di tengah lemahnya koordinasi dan kesiapan daerah. 

Namun, keputusan untuk mengganti Nadiem ada di tengan Presiden  Jokowi. 

  

Penulis : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU