48 Tahun Silam, Badai Tropis Dahsyat Melanda Flores: 1650 Orang Tewas, 1800 Rumah Rata dengan Tanah
Peristiwa | 9 April 2021, 15:17 WIBFLORES, KOMPAS. TV - Banjir bandang dan longsor melanda Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Minggu (4/4/2021) terpicu badai tropis Seroja. Namun, bukan kali ini saja badai mematikan melanda NTT.
Menurut Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi, bencana banjir dan tanah longsor ini melanda hampir seluruh NTT.
“Dampak dari siklon tropis Seroja ini sangat besar sekali, karena hampir seluruh kebupaten yang ada di NTT ini terdampak. Tapi ekskalasinya ada yang ringan, sedang dan berat,” beber Josef, Senin (5/4/2021), dikutip dari Kompas.com.
Baca Juga: Rachel Vennya Rela Ngemper di Pesawat untuk Salurkan Donasi Korban Banjir dan Longsor NTT
Karena bencana ini, sebanyak 8.424 orang terpaksa mengungsi dan 1.962 rumah terdampak.
Seementara, pencarian korban banjir dan longsor di NTT terus berlanjut. Hingga Kamis (8/4/2021), korban jiwa akibat bencana ini mencapai 163 jiwa dan 45 orang masih dalam pencarian.
Bukan kali ini saja badai mematikan melanda NTT. Pada 1973 sebuah badai tanpa nama pernah menghantam Flores, tepatnya tanggal 29 April.
Mengutip Kompas.id, angin topan melanda Pulau Flores dan pulau-pulau lainnya sekitar pukul 09.00 WITA.
“Badai topan ini mengangkat air laut hingga menggelombang tinggi dan memecah puluhan meter di darat. Perahu-perahu yang kebetulan berlayar disana hancur berkepingan, pepohonan bertumbangan, dan 1.800 rumah penduduk merata tanah, selebihnya rusak berat,” demikian arsip harian Kompas pada edisi 29 April 1973.
Baca Juga: Ditemukan Alasan Kota Pertama Dunia Hancur 4.000 Tahun Lalu, Populasi Berlebih dan Perubahan Iklim
Mengutip Badan Meteorologi Australia, badai itu terbentuk tiga hari sebelumnya di Laut Banda. Bibit badai makin menguat sambil bergerak ke barat dan barat daya.
Badai lalu mengarah ke arah selatan hingga menghantam Pulau Flores. Badai ini menyebabkan hujan lebat di seluruh pulau dan menimbulkan banjir bandang.
Akibatnya, 1.653 orang tewas dan berbagai rumah serta bangunan rusak parah. Hal ini membuat badai Flores menjadi badai paling mematikan di bagian bumi Selatan.
Melansir Nature, badai Flores itu menewaskan korban jauh lebih banyak dari badai Idai di Mozambik pada 14 Maret 2019 silam.
Jennifer Fitchett, asisten profesor biometeorologi Universitas Witwatersrand di Afrika Selatan menjelaskan, ada 7 faktor penyebab badai tropis. Di antaranya badai tropis terbentuk akibat suhu hangat permukaan air laut, kelembaban yang tinggi, dan ketidakstabilan di atmosfer.
Fitchett menyebut, krisis iklim juga berperan menyebabkan badai tropis. Menurutnya, ada sedikit penurunan jumlah badai tropis dalam waktu 70 tahun ke belakang.
Baca Juga: Gubernur NTT Copot Thomas Bangke sebagai Kepala BPBD NTT, Alasannya: Lamban Tangani Bencana
Namun karena permukaan laut memanas, badai yang terbentuk dapat menguat dengan cepat hingga membahayakan masyarakat. Di negara-negara miskin, badai juga berdampak pada kesehatan masyarakat.
Malnutrisi dan penyakit menular di tengah korban badai sering menewaskan pengungsi. Namun, hal ini jarang tercatat sebagai akibat badai.
"Semua itu akan terjadi enam bulan dari sekarang. Dan enam bulan dari sekarang, orang kehilangan minat," kata Fitchett.
Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Eddward-S-Kennedy
Sumber : Kompas TV