Membaca Karakter Penyerang Mabes Polri dan Bom Bunuh Diri Makassar Lewat Surat Wasiat
Hukum | 2 April 2021, 15:00 WIB“Seperti di Zakia yang menonjol adalah kemarahan, di Lukman yang menonjol ketakutan. Jadi pendekatan kemarahan dan ketakutan itu kan tidak sama perekrutannya,” ujar Deborah saat berbincang di program Sapa Malam Kompas TV, Kamis (1/4/2021).
Deborah menambahkan dalam kasus Lukman dan ZA, keduanya merupakan sosok yang tertutup.
Baca Juga: Sebelum Teror Mabes Polri, ZA Tulis Surat Wasiat Buat Keluarga dan Unggah Bendera ISIS di Instagram
Namun Deborah menegaskan tidak semua pelaku teror sosok tertutup. Hal ini diketahui dari analisis sampel surat wasiat pelaku teror yang dilakukannya sejak tahun 2011 hingga saat ini.
“Jadi Faktanya tidak bisa diambil sebuah kesimpulan bahwa semua orang yang bisa menjadi pelaku teror itu punya karakternya X atau Y sama,”
Surat wasiat ZA
Debora menjelaskan dalam analisi pola tulisan tangan ZA dari surat wasiat, pelaku ingin mendapat penghargaan lebih, tetapi itu tidak ia dapat di masyarakat sehingga memperkuat rasa ketidakamanan dirinya dalam hidup bermasyarakat.
Baca Juga: Kapolri ungkap Pelaku Bom Bunuh Diri Makassar Tinggalkan Surat Wasiat untuk Orang Tua
Bersamaan dengan timbulnya rasa tidak aman tersebut, ada perekrut teroris yang masuk dan mengisi rasa aman itu dengan "solusi palsu yang mengatasnamakan agama".
Namun alasan spiritual, yakni jihad atas nama agama, bukan menjadi faktor utama di balik aksi teror tersebut.
"Aksi itu justru didorong oleh rasa kecemasan dan perasaan insecurity (tidak aman) yang sangat besar," ujar Deborah.
Penulis : Johannes Mangihot Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV