Asosiasi Arsitek Kritisi Istana Negara Ibu Kota Baru, Dianggap Pemborosan dan Tak Ramah Lingkungan
Sosial | 29 Maret 2021, 19:52 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Pemerintah hendak mendirikan Istana Negara atau kantor kepresidenan RI untuk ibu kota baru Indonesia di Kecamatan Sepaku, Kalimantan. Namun, pembangunan ini menuai kritik dari lima asosiasi arsitek dan perancang.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa mengumumkan, pemerintah telah menentukan titik nol ibu kota baru sebagai lokasi istana negara.
Hal itu ia ungkapkan dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi XI DPR, Rabu (17/3/2021). Suharso menyebut, peletakan batu pertama atau ground breaking Istana Negara di ibu kota baru akan berjalan pada tahun 2021.
Baca Juga: Kritik Soal Pemindahan Ibu Kota ke Kaltim, PAN: Masih Pandemi Corona, Seharusnya Tak Mendesak
"Kalau semua rancangan yang di master plan yang disusun dan detail plan yang sudah disiapkan kita optimistis, mudah-mudahan Istana Presiden bisa groundbreaking pada tahun ini," ujar Suharso dikutip dari Kompas.com.
Namun, kritik datang dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Green Building Council Indonesia (GBCI), Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), Ikatan Arsitek Landskap Indonesia (IALI), dan Ikatan Ahli Perancangan Wilayah dan Kota (IAP).
Lima asosiasi itu mengkritik salah satu rancangan Istana Negara berbentuk burung Garuda. Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) I Ketut Rana Wiarcha menyebut, rancangan itu tidak menunjukkan kemajuan bangsa Indonesia.
"Sangat tidak mencerminkan kemajuan peradaban bangsa, terutama di era digital, dan era bangunan emisi rendah dan pasca-Covid-19 (new normal)," kata Rana dalam keterangan tertulis, Minggu (28/3/2021).
Rana menilai, bangunan Istana Negara yang baru mestinya mencerminkan kemajuan peradaban budaya dan ekonomi. Pembangunan itu juga mesti ramah lingkungan dalam rangka berkontribusi untuk dunia.
"Bangunan gedung Istana Negara seharusnya menjadi contoh bangunan yang secara teknis sudah mencirikan prinsip pembangunan rendah karbon dan cerdas sejak perancangan, konstruksi, hingga pemeliharaan gedungnya," jelas Rana.
Baca Juga: Indonesia Peringkat 10 Besar Dunia untuk Vaksinasi Corona Terbanyak
Pembangunan rendah karbon termasuk dalam pembangunan yang mempertimbangkan lingkungan hidup.
Anggota GBCI Prasetyoadi pun ikut berpendapat, desain istana baru itu memiliki kemanfaatan yang kurang.
Selain itu, laki-laki dengan sapaan Tiyok itu mempermasalahkan cara pemerintah memilih perancang Istana Negara. Menurut Tiyok, pemerintah tertutup dalam pemilihan arsitek perancang bangunan penting negara itu.
Perlu diketahui, perancang bangunan itu adalah seorang pematung bernama Nyoman Nuarta. Nuarta terpilih dalam sayembara tertutup yang melibatkan nama-nama arsitek ternama, seperti Sibarani Sofian, Yori Antar, Gregorius Supie Yolodi.
Keahlian Nuarta sebagai pematung pun menjadi masalah karena ia bukan ahli arsitektur.
"Saya dan teman-teman profesional tentu resah, karena dibangunnya Istana Negara ini dengan proses yang tertutup dan dirancang oleh pematung Nyoman Nuarta. Dia bukan arsitek profesional maupun disiplin-disiplin lain yang berhubungan,” ucap Tiyok.
Tiyok pun menyebut pembangunan istana negara itu berpotensi memboroskan anggaran akibat rancangan tidak memerhatikan unsur kemanfaatan.
"Berisiko lebih mahal tidak hanya dalam hal konstruksi, tapi bakal pemborosan besar-besaran dalam hal kinerja bangunan gedung,” ungkap Tiyok.
Nyoman Nuarta terkenal membuat Patung Garuda Wisnu Kencana di Bali. Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Diana Kusumastuti mengatakan, pengalaman itulah yang membuat Nuarta terpilih untuk ikut sayembara tertutup.
“Kalau Istana Negara itu bangunan fungsi khusus, jadi disayembarakan, tetapi terbatas bagi aristek-arsitek tertentu saja. Jadi tidak di publik sayembara untuk umum," kata Diana, dilansir dari Kompas.com.
“Ya beliau (Nyoman) itu memang pematung. Tapi dia punya jiwa arsitek, bahwa lihat Garuda Wisnu Kencana, patung tapi ada juga hotelnya dan dia bagus juga kan,” tambah Diana.
Baca Juga: Pembangunan Istana Presiden di Ibu Kota Baru Dimulai April, Cek Kesiapannya!
Tiyok mengatakan, pembangunan Patung Garuda Wisnu Kencana juga memboroskan anggaran. Ia menghitung, anggaran pembangunan patung itu bahkan lebih mahal dari Menara Eiffel di Paris dan Patung Liberty di New York, Amerika Serikat.
Namun, Diana menyatakan rancangan istana negara baru itu belum sempurna. Rancangan itu masih masih akan mengalami penyempurnaan dalam beberapa bulan ke depan.
"Jadi (rancangan) Pak Nyoman itu memang sudah mendekati, tapi finalnya itu masih proses, nanti sampai bulan Agustus," kata Diana.
Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV