> >

Ada Ledakan di Gereja Katedral Makassar, Kapolri Mengaitkan Pelaku ke Kelompok JAD

Kriminal | 29 Maret 2021, 10:13 WIB
Ilustrasi terduga aksi terorisme (Sumber: tribunnews)

MAKASSAR, KOMPAS TV - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menuding dua orang yang diduga sebagai pelaku 'bom bunuh diri' di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, berasal dari jaringan kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Hal tersebut diungkapkan Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat meninjau lokasi kejadian bersama Panglima TNI Hadi Tjahjanto di Jalan Kajaolalido, Kecamatan Ujungpandang, Kota Makassar, pada Minggu malam.

Menurut Kapolri, ada dua pelaku dalam insiden tersebut. Kepolisian RI mengaitkan keduanya dengan 19 teroris JAD yang ditangkap di Sulawesi Selatan beberapa waktu sebelumnya.

Ledakan terjadi di depan Gereja Katedral Makassar. Menurut polisi ledakan berasal dari bom 'bunuh diri' yang dilakukan oleh dua orang yang tewas dalam kejadian. 

Baca Juga: Pelaku Bom Gereja Katedral Makassar dari Jaringan Teroris Baru?

"Pelaku ini merupakan jaringan JAD dengan 19 anggota JAD yang ditangkap kemarin," kata Listyo Sigit.

Kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) disebut-sebut sebagai organisasi yang terafiliasi dengan ISIS. Di balik organisasi kelompok JAD, ada seorang yang menjadi mastermind atau dalangnya. 

Mabes Polri pernah mengungkap sosok dalang JAD tersebut bernama Saefullah alias Daniel alias Chaniago. Polri masih mengejarnya.

Baca Juga: Pengamat: Jaringan Teroris Ini Gunakan Bom Daya Ledak Tinggi

Saefullah alias Daniel alias Chaniago disebut-sebut seorang penjaga perpustakaan di sebuah pondok pesantren. Ia masuk ke dalam daftar pencarian orang (DPO).

Pada akhir 2019, Karopenmas Divisi Humas Polri yang saat itu dijabat Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan Saefullah mengendalikan kelompok JAD di Indonesia.

Ia merupakan orang yang memberi perintah kepada sejumlah terduga teroris jaringan JAD tersebut.

Salah satunya kepada terduga teroris bernama Novendri, yang kemudian ditangkap di Padang, Sumatera Barat.

Baca Juga: Ini Jenis Bom yang Meledak di Gereja Katedral Makassar, Diungkap Kapolri Listyo Sigit

Dalam perintahnya, Saefullah mengarahkan Novendri untuk mengirimkan uang kepada Mujahidin Indonesia Timur (MIT), kelompok teroris yang bergerilya di Poso. "N ini ada pengendalinya, mastermind-nya saat ini atas nama Saefullah alias Daniel alias Chaniago. Yang bersangkutan sudah diterbitkan DPO oleh Densus 88 sebagai mastermind," kata Dedi di Mabes Polri, seperti dikutip dari Tribunnews.com.

Menurut Dedi, saat ini Daniel alias Chaniago diduga tengah berada di satu wilayah di Khorasan Afghanistan yang disebut-sebut sebagai basis kekuatan ISIS

"Kenapa ada di situ, (karena) pasca-kekalahan ISIS di Suriah, Al Baghdadi langsung pecah kekuatannya. Saat ini kekuatan ISIS sudah mengarah ke suatu daerah, yaitu di Khorasan Afghanistan," ucap Dedi.

Baca Juga: Kapolri: Pelaku Bom Bunuh Diri di Katedral Bagian dari JAD, Pernah Lakukan Pengeboman di Filipina

"Ini daerah abu-abu, daerah perbatasan yang tidak bisa dikontrol oleh satu pemerintah, itu sebabnya mereka kuat di situ."

Selain itu, Saefullah pernah memberi perintah kepada tersangka teroris bernama Yoga yang berasal dari JAD Kalimantan Timur. Yoga ditangkap pada Juni 2019.

Yoga sendiri berperan menggantikan Andi Baso, sebagai jembatan penghubung antara kelompok ISIS atau JAD di Indonesia dan Filipina.

Menurut Dedi, Saefullah berencana mengirimkan uang kepada Yoga untuk membeli senjata di Filipina, untuk nantinya dikirim ke Indonesia.

Baca Juga: Jokowi Perintahkan Kapolri Bongkar Jaringan Pelaku Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar

Saefullah juga disebut sebagai orang yang mengatur perjalanan Muhammad Aulia beserta 11 orang Indonesia lain yang berencana berangkat ke Khorasan Afghanistan.

Namun, mereka dideportasi dari Bangkok dan kemudian ditangkap Densus 88 di Bandara Kualanamu, Medan.

Mabes Polri mengatakan Saefullah alias Daniel alias Chaniago, mastermind kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Indonesia, mendapatkan aliran dana dari luar negeri guna melakukan aksi terorisme.

Dedi mengatakan Saefullah mendapatkan aliran dana dari 12 oknum berbeda, yang ditransfer dari lima negara berbeda pula.

Baca Juga: Mahfud MD Mengimbau Tokoh Agama untuk Ciptakan Suasana Kerukunan: Terorisme adalah Musuh Semua Agama

"Saudara Saeful ini menerima beberapa aliran dana, ini aliran dana dari negara Trinidad Tobago ada tujuh kali, dari Maldives ada satu kali, Venezuela satu kali, Jerman dua kali dan Malaysia sekali," ujar Dedi.

Ia menyebut Saefullah tercatat mulai mendapatkan aliran dana tersebut dalam kurun waktu Maret 2016 hingga September 2017.

Berdasarkan penyelidikan kepolisian, adapun dana yang terkumpul $ 28.921.89 atau Rp 413.169.857 yang ditransfer melalui Western Union.

"Seluruhnya terkumpul Rp413.169.857,-. Mereka menggunakan sistem aliran dana western union," ucapnya.

Baca Juga: Presiden Jokowi: Semua Ajaran Agama Menolak Terorisme

Penulis : Tito Dirhantoro Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU