> >

Hari Ini 191 Tahun Silam, Pangeran Diponegero Ditangkap secara Licik dan Perang Jawa Pun Berakhir

Sosial | 28 Maret 2021, 09:47 WIB
Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro (Sumber: Twitter Keraton Jogja)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Tanggal 28 Maret 1830 adalah hari bersejarah dalam babak perjalanan Bangsa Indonesia. Pada hari itu, Pangeran Diponegero ditangkap Belanda secara licik. Peter Carey dalam bukunya, "Takdir, Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855)" yang diterbitkan oleh Kompas Media Nusantara, menggambarkan penangkapan itu sebagai peristiwa yang sudah disiapkan sangat matang. 

"Pada hari yang ditunggu-tunggu itu, 28 Maret 1830, pengawalan di kediaman residen ditingkatkan dua kali lipat dari yang biasa. Agar tidak menimbulkan rasa curiga, penangkapan sengaja dilakukan pada hari Minggu, saat semua serdadu berparade dalam seragam lengkap. Atas perintah De Kock, detasemen pasukan berkuda ke-7 dikirim ke Bedono di perbatasan Kedu-Semarang untuk menanti mengawal Pangeran ke Semarang (De Kock,'verslag', 1830). Sementara itu, kereta kuda Residen Kedu juga disiapkan untuk membawa Diponegoro langsung keluar dari Kota Magelang."        

Baca Juga: Pangdam IV Diponegoro Baru Fokus Percepatan Vaksinasi

 

Penangkapan ini disebut penangkapan secara licik, karena sebenarnya kedua kubu, Belanda dan Pasukan Diponegoro,  sedang gencatan senjata karena memasuki bulan pusa dan Lebaran.

Bahkan, kedatangan Diponegoro ke Wakil Gubernur Jenderal  Hendrik Merkus baron de Kock, sebagai silaturahmi yang muda kepada yang tua. Namun, De Kock menangkapnya dan untuk selamanya menahan sang Pangeran hingga akhirn hayatnya.

Bahkan dituliskan, Pangeran berangkat ke Karesidenan untuk menemui De Kock bukan pertemuan resmi tapi hanya jalan-jalan biasa. Ia bahkan merasa tidak perlu mengenakan busana resmi kebesaran sang pangeran.  

Baca Juga: Serah Terima "Uba Rampe" dari Keraton Yogyakarta dalam Gelaran Upacara Adat Labuhan Merapi

Dalam bukunya, Carey menggambarkan perilaku culas itu. "Dengan demikian perlakuan De Kock terhadap Diponegoro bersifat politis, yakni untuk memastikan penyerahan diri para panglima tentara yang masih tersisa sebelum bergerak mengambil tindakan kepada Pangeran, dengan cara membiarkan Pangeran menikmati dulu jaminan keamanan yang semu. Dengan demikian penangkapannya kemudian tidak akan tampak sebagai tindakan ingkar janji, melainkan hasil dari sikap keras kepala Pangeran sendiri," tulis  Carey. 

Penangkapan Pangeran Diponegoro secara licik ini digambarkan oleh Pangeran sendiri dalam "Babad Diponegoro". Bahwa perubahan sikap De Kock itu, sudah dia duga. "Kita bicara tentang sultan [bagaimana] di pagi itu [28 Maret 1830] ia seperti emas yang hanyut terbawa air."

Baca Juga: Lama Tak Muncul, Prabowo Unggah Foto Bersama Keris Pangeran Diponegoro

Setelah penangkapan itu, Pangeran didampingi oleh isteri dan anak-anaknya kemudian dibawa ke Semarang untuk selanjutnya dibawa ke Batavia menggunakan kapal laut SS Van der capellen. Diponegero dan rombongan tiba di Batavia ditempatkan di Stadhuis (terletak di Kota Tua) dari 8 April sampai 3 Mei 1830. 

Pada 4 Mei 1830, Pangeran pun diasingkan ke Menado. "Babak baru kehidupan Pangeran pun dimulai. Ia tak pernah lagi  menginjakkan kaki di Pulau tempat kelahirannya," kata Carey. Dan perang Diponegoro yang sering disebut Perang Jawa pun berakhir.


    

 
 

Penulis : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU