> >

MUI Sebut Mengandung Tripsin Babi, Ini Bantahan AstraZeneca

Berita utama | 21 Maret 2021, 09:01 WIB
Seorang tenaga kesehatan menunjukkan botol berisi vaksin Astrazeneca di Stuttgart, Jerman, Jumat (19/3/2021). (Sumber: Marijan Murat / dpa via AP)

SOLO, KOMPAS.TV- Pihak AstraZeneca angkat bicara terkait fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyebut vaksin AstraZeneca mengandung tripsin babi.

Pihak AstraZeneca pun membantah hal itu meski akhirnya MUI tetap memperbolehkan penggunaan vaksin Covid-19 itu karena sedang dalam kondisi darurat.

Dalam pernyataanya, pihak AstraZeneca menegaskan bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca tidak bersentuhan dengan produk turunan babi atau produk hewani lainnya.

Baca Juga: AS Kirim 2.7 Juta Dosis Vaksin AstraZeneca ke Meksiko

"Kami menghargai pernyataan yang disampaikan oleh Majelis Ulama Indonesia. Penting untuk dicatat bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca merupakan vaksin vektor virus yang tidak mengandung produk berasal dari hewan, seperti yang telah dikonfirmasikan oleh Badan Otoritas Produk Obat dan Kesehatan Inggris," jelas pernyataan tersebut, Sabtu (20/3/2021).

Pihak AstraZeneca pun memastikan tidak adanya unsur kandungan babi dalam vaksin buatan mereka.

"(Dalam) semua tahapan proses produksinya, vaksin vektor virus ini tidak menggunakan dan bersentuhan dengan produk turunan babi atau produk hewani lainnya," tegas mereka. 

Baca Juga: BPOM Resmi Keluarkan Izin Penggunaan Darurat Vaksin AstraZeneca Sesuai Standar WHO

Diyakinkan pula oleh pihak AstraZeneca bahwa vaksin ini telah disetujui di lebih dari 70 negara di seluruh dunia dan termasuk oleh negara-negara muslim.

Di antaranya seperti Arab Saudi, UEA, Kuwait, Bahrain, Oman, Mesir, Aljazair dan Maroko dan banyak Dewan Islam di seluruh dunia telah telah menyatakan sikap bahwa vaksin ini diperbolehkan untuk digunakan oleh para muslim.

Seperti yang juga diberitakan Kompas.com, pembuatan vaksin Covid-19 AstraZeneca Vaksin Covid-19 AstraZeneca sebelumnya diberi nama AZD1222 ini ditemukan oleh Universitas Oxford dan perusahaan spinout-nya yaitu Vaccitech.

Vaksin ini menggunakan vektor virus simpanse yang tidak bereplikasi berdasarkan versi yang dilemahkan dari virus flu biasa (adenovirus) yang menyebabkan infeksi pada simpanse.

Baca Juga: MUI Sebut Astrazeneca Boleh Digunakan Dalam Keadaan Darurat, PBNU: Ini Sebuah Kebutuhan

Selain itu, vaksin ini juga mengandung materi genetik dari protein spike virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Setelah vaksinasi, diproduksilah protein permukaan spike yang akan mempersiapkan sistem kekebalan untuk menyerang virus SARS-CoV-2 jika kemudian menginfeksi tubuh.

Selain program yang dipimpin oleh Universitas Oxford, AstraZeneca pun sedang melakukan uji coba besar di AS dan juga global.

Secara total, Universitas Oxford dan AstraZeneca berharap dapat menyertakan hingga 60.000 peserta penelitian secara global.

Vaksin Covid-19 AstraZeneca telah memperoleh izin pemasaran bersyarat atau penggunaan darurat di lebih dari 50 negara di enam benua.

Selain itu, dengan Emergency Use Listing atau Daftar Penggunaan Darurat baru-baru ini yang diberikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia baru-baru ini dapat mempercepat jalur akses vaksin di hingga 142 negara melalui fasilitas COVAX.

Baca Juga: PM Inggris Boris Johnson Terima Suntikan Dosis Pertama Vaksin Astrazeneca

Pihak AstraZeneca mengklaim bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca aman dan efektif dalam mencegah Covid-19.

Berdasarkan hasil uji klinis menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca 100 persen dapat melindungi dari penyakit yang parah, rawat inap dan kematian, lebih dari 22 hari setelah dosis pertama diberikan.

Penulis : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU