Survei: Kehidupan Masyarakat Indonesia Termasuk Vaksin, Dipengaruhi Nilai Agama
Peristiwa | 22 Februari 2021, 09:27 WIB
JAKARTA, KOMPAS.TV- Lembaga survei Indikator yang dipimpin Burhanuddin Muhtadi merilis hasil survei "Tantangan dan problem vaksin Covid-19 di Indonesia", Minggu (21/2/2021). Salah satu yang disurvei adalah peran nilai agama dalam kehidupan masyarakat.
Ketika ditanyakan, "Seberapa sering ibu/bapak mempertimbangkan perintah atau nilai-nilai agama ketika membuat keutusan penting bagi hidup ibu/bpk?" Hasilnya, sebanyak 47,3 persen menyatakan cukup sering, 41,4 persen sangat sering. Kemudian 7,7 persen yang menjawab jarang dan hanya 2,5 persen yang menjawab tidak pernah.
Baca Juga: Lapor ke Wapres, Erick Pastikan Vaksin Halal dan Siap Produksi Tahun Depan
Dari hasil tersebut berdampak pada keputusan masyarakat menggunakan vaksin covid-19. Dalam survei tersebut terungkap bahwa 81,9 persen responden menjawab akan menerima vaksin Covid-19 jika halal dan hanya 16,9 persen yang menjawab tidak peduli kehalalan vaksin asal efektif melindungi. Sementara 1,2 persen menjawab tidak tahu.
Survei ini menggunakan kontak telepon kepada responden. Karena ini adalah cara yang dinilai paling memungkinkan. Sampel sebanyak 1200 responden dipilih acak dari kumpulan sampel acak survei tatap muka langsung yang dilakukan indikator politik rentang maret 2018 hingga Maret 2020.
"Hasil survei dapat memberi gambaran tentang penerimaan vaksin Covid-19 di Indonesia dan faktor yang memprediksi penerimaan tersebut, sehingga dapat digunakan oleh para pengambil kebijakan untuk meningkatkan peluang kesuksesan program vaksin untuk atasi wabah," kata Burhanuddin dalam pengantarnya.
Baca Juga: Maret 2021 Vaksin Covid 19 Bisa Diproduksi?
Seperti diketahui, vaksinasi Covid-19 yang telah dilakukan pemerintah pun, dengan mempertimbangkan faktor agama. Pemerintah baru melaksanakan vaksinasi setelah keluar fatwa halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dan ketika vaksinasi sedang berjalan, pemerintah kembali membuat kebijakan bahwa vaksin selama bulan Ramadhan bisa dilakukan pada malam hari. Hal ini untuk mengakomodasi umat Islam yang berpuasa di siang hari.
"Pada bulan puasa, kemungkinan kita akan tetap vaksinasi, yaitu di malam hari. Yang di siang hari daerah-daerah nonmuslim," kata Jokowi, disiarkan dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (20/2/2021).
Baca Juga: Menag Yaqut: Jangan Ragu, Vaksin Sinovac Halal dan Suci
Terkait program vaksinasi, dia mengatakan, ketersediaan vaksin Covid-19 masih menjadi masalah utama dalam pelaksanaan program vaksinasi. Sebab, jumlah vaksin yang tersedia masih sedikit jika dibandingkan kebutuhan nasional. Jokowi memprediksi, ketersediaan vaksin Covid-19 baru akan memadai pada pertengahan tahun 2021.
"Yang masih jadi problem adalah jumlah vaksin yang ada. Itu akan mencapai titik angka yang paling baik pada semester kedua. Mungkin sebulan bisa 30-40 juta. Bulan Juni atau Juli baru menginjak angka itu," ujarnya.
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV