> >

Viral Foto Kemayoran Berlatar Gunung Gede Pangrango, Ini Tipe Olah Foto yang Tidak Membohongi Publik

Gaya hidup | 18 Februari 2021, 13:44 WIB
Ilustrasi mengolah foto. (Sumber: Unsplash/luciano de sa)

 

JAKARTA, KOMPAS.TV – Foto suasana Kemayoran, Jakarta Pusat, yang berlatarkan Gunung Gede Pangrango karya fotografer Ari Wibisono kini ramai diperbincangkan dan dituduh “tempelan”.

Salah satu yang mengatakan bahwa foto tersebut merupakan hasil tempelan adalah fotografet senior Arbani Rambey melalui cuitannya di Twitter.

"Ini foto tempelan. Untuk dapat Pangrango segede gitu, butuh tele panjang lalu motret dari jauh. Melihat perbandingan mobil depan dan belakangnya, jelas tak memakai tele panjang," tulis Arbain di akun Twitter-nya @arbainrambey.

Baca Juga: Viral! Video TikTok Terapi Wajah Pakai Lilin Panas Ini Tuai Kecaman dari Para Pakar Kesehatan

Menganggapi hal tersebut, Ari Wibisono pun membantah telah memanipulasi foto Kemayoran yang berlatar Gunung Gede Pangrango ini.

Ia dengan tegas mengatakan bahwa foto tersebut asli dan diambil saat pagi hari tepatnya hari Rabu (17/2/2021) saat sedang melewati flyover Kemayoran arah Gunung Sahari.

“Sengaja lagi hunting naik motor lewat flyover Kemayoran arah Gunung Sahari. Spot itu dadakan pas saya lewat jalur itu tiba-tiba pas tengok kiri ada Gunung Gede Pangrango,” jelas Ari, dikutip dari Kompas.com, Kamis (18/2/2021).

Ia mengatakan bahwa foto tersebut didapat lantaran cuaca dan udara yang bersih sehingga gunung terlihat dengan jelas.

Baca Juga: Tali Masker Trendi di Tengah Pandemi, Bikin Kamu Modis!

Penambahan konten foto di media sosial sendiri kerap digunakan oleh para jurnalis warga untuk menginformasikan peristiwa secara visual. Meski hanya sekadar foto, secara prinsip, foto harus menganup prinsip kebenaran.

Hal ini disampaikan oleh pakar jurnalisme online dan multimedia, Melinda J. McAdams dalam diskusi Cetizen and Multimedia yang diselenggarakan oleh Kompasiana dan Kedutaan Besar Amerika Sekrikat di @america, Mal Pacific Place Jakarta, Senin (16/7/2012).

“Tak boleh ada objek yang dihapus, dan tak boleh ada objek yang ditambah dalam foto," ujar profesor dari Universitas Florida ini.

Ia mengatakan bahwa konten foto harus menganut prinsip kebenaran jika ingin dipercaya oleh publik. Selain itu, ada etika yang harus dikedepankan ketika melakukan edit foto secara digital.

Melinda menyarankan untuk tidak menggunakan software edit foto seperti Photoshop untuk memanipulasi foto karena dapat berujung pada kebohongan publik.

Baca Juga: Bukan Gibran, Ini Sosok yang Sementara Pimpin Kota Solo Gantikan FX Rudy

Melinda memberikan 5 langkah olah foto yang menurutnya boleh dilakukan dan tidak termasuk kebohongan publik.

1. Memotong gambar (cropping)

Memotong gambar dalam hal ini artinya memotong tepi atau gambar yang tidak diinginkan untuk dilakukan komposisi ulang. Namun, cropping di sini tidak termasuk menyeleksi suatu objek dan menambahkannya pada foto lain.

2. Memberikan warna (toning)

Jika foto yang akan digunakan dirasa kurang sempurna dari segi warna, jurnalis warga bisa mengeditnya. Namun, hanya sekadar membuat objek terlihat lebih terang atau lebih gelap saja, agar apa yang akan ditonjolkan dapat terlihat dengan baik.

Baca Juga: 5 Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Putuskan Memelihara Kucing Jalanan

3. Menajamkan warna (sharpening)

Menurut Melinda, menajamkan warga juga diperbolehkan untuk membuat objek terlihat lebih menarik. Namun, Melinda mewanti-wanti untuk tidak berlebihan dan tetap berpedoman pada kebenaran.

4. Mengubah ukuran foto (resizing)

Mengubah ukuran maupun resolusi juga dapat dilakukan. Hal ini juga dapat membantu tampilan foto di situs web maupun blog tidak melewati garis batas serta mempercepat proses mengunggah dan mengunduh.

5. Menyimpan dalam format yang dioptimalkan

Artinya, menyimpan foto untuk format web agar ukuran foto semakin kecil.
 

Penulis : Fiqih-Rahmawati

Sumber : Kompas TV


TERBARU