Boni: AHY Memperlihatkan Kapabilitas Prematur dalam Memimpin Partai
Peristiwa | 2 Februari 2021, 12:37 WIB
JAKARTA, KOMPAS.TV- Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memperlihatkan kapabilitas yang masih prematur dalam memimpin partai. Hal itu ditunjukkan dengan sikap berlebihan dalam merespons pertemuan sejumlah kadernya dengan Moeldoko.
Demikian Pengamat Politik Boni Hargens mengatakan melalui pesan singkat kepada KompasTV, Selasa (2/2/2021). “Reaksinya yang berlebihan memperlihatkan kapabilitas yang masih prematur dalam memimpin partai,” kata Boni Hargen.
Baca Juga: Tegas, Instruksi AHY untuk Seluruh Kader Partai Demokrat Usai Diterpa Isu Kudeta
Boni melihat respons AHY yang kebakaran jenggot karena panik sebagai sikap sadar posisinya tidak kuat lagi memimpin partai keluarga. Situasi saat ini, sambung Boni, tentu saja rumit bagi AHY karena ayahnya tidak lagi menjadi penguasa atau presiden. Kekuatan satu-satunya untuk bertahan sebagai Nahkoda adalah memperoleh dukungan kader.
“Tetapi soliditas internal dan loyalitas kader selalu fleksibel dalam kultur parpol yang lemah manajemen internal. Itu artinya, peluang faksionalisasi memang besar. Maka tidak salah AHY panik,” ujar Boni.
Baca Juga: Demokrat: Ini Cara Moeldoko Ambil Alih Partai Demokrat dari AHY
AHY, sambung Boni, tahu diri dan menyadari bahwa dirinya masih bertahan karena ada dalam bayang-bayang ayahnya, Susilo Bambang Yudhoyono. Atas dasar itu, Boni menilai permasalahnya bukan soal siapa yang mau merebut, tetapi tentang seberapa matang dan dewasa AHY dalam berpolitik.
“Bagaimana kalau ada “orang kuat” yang mengambilalih kepemimpinan? AHY tampaknya belum siap menerjang badai. Ia membutuhkan pengalaman banyak untuk itu,” tutur Boni yang merupakan mantan relawan Jokowi.
Baca Juga: Moeldoko Sentil Balik AHY: Seorang Pemimpin Harus Kuat, Jangan Baperan!
Kemarin, AHY mengungkap adanya upaya pengambilalihan Partai Demokrat oleh orang dari lingkaran Presiden Jokowi. Tidak secara gamblang disebut, siapa orang yang dimaksud AHY akan mengambilalih partai yang dirintis ayahnya. AHY hanya mengatakan berdasar kesaksian dan testimoni, gerakan pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat sudah mendapat dukungan dari sejumlah Menteri dan pejabat penting di pemerintahan Presiden Jokowi. AHY kemudian bersurat kepada Presiden Jokowi karena tidak mudah percaya dan mengedepankan asas “praduga tak bersalah”.
Senin malam, KompasTV menerima keterangan dari Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra. Herzaky mengatakan apa yang disampaikan AHY bukan soal Demokrat melawan Istana atau biru melawan merah, tetapi tentang penyalahgunaan kekuasaan dengan mencatut nama Presiden.
Baca Juga: Tanggapi AHY, Moeldoko: Jangan Ganggu Pak Jokowi
“Berdasarkan pengakuan, kesaksian, dari BAP sejumlah pimpinan tingkat pusat maupun daerah Partai Demokrat yang kami dapatkan, mereka dipertemukan langsung dengan KSP Moeldoko yang ingin mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat secara inkonstitusional untuk kepentingan pencapresan 2024,” kata Herzaky.
Baca Juga: Darmizal Disebut Bertemu Moeldoko, Ketua Relawan Jokowi yang Pernah Diusulkan Jadi Menteri
Tidak hanya Herzaky, Rachland Nashidik juga ikut mengomentari perihal rencana pengambilalihan Partai Demokrat. Melalui akun twitternya, dia menuliskan pernyataan setelah Moeldoko memberikan keterangan singkat melalui video. Dalam video, Moeldoko mengaku didatangi sejumlah kader Partai Demokrat yang membeberkan situasi internal.
“Jangan bohong. Pertemuan itu bukan di kediaman tapi di Hotel Aston Rasuna lantai 28, Rabu tanggal 27 Januari 2021, pukul 21.00 WIB. Anda datang ke situ, bukan mereka mendatangi Anda,” kata Rachland Nashidik dalam cuitannya.
Penulis : Ninuk-Cucu-Suwanti
Sumber : Kompas TV