> >

Dua Peristiwa 1 Februari yang Tak Terlupakan, Imlek Libur Nasional dan Banjir Besar Jakarta

Peristiwa | 1 Februari 2021, 06:00 WIB
Para petugas Klenteng Hok Lay Kiong, Kota Bekasi berjibaku mengelompokkan lilin-lilin kiriman umat Tridharma, tiga hari jelang perayaan Tahun Baru Imlek 2571 yang jatuh pada Sabtu, 25 Januari 2020. (Sumber: KOMPAS.COM/VITORIO MANTALEAN)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Tanggal 1 Februari yang jatuh pada hari ini, Senin, memiliki kenangan bagi warga Indonesia. Setidaknya ada dua peristiwa besar yang tak terlupakan.   

1. Untuk Pertama Kalinya Imlek Hari Libur Nasional

Pada 1 Februari tahun tahun 2003 atau bertepatan dengan tahun baru Imlek 2554 (shio kambing), untuk pertama kalinya pemerintah menetapkan sebagai  hari libur nasional. Hal itu berarti Imlek sama dengan hari-hari besar kegaamaan lainnya seperti Idul Fitri atau Natal.

Imlek jadi hari libur nasional diputuskan di masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputeri. Hal itu dia sampaikan pada saat menghadiri Peringatan Nasional Tahun Baru Imlek 2553 di Hall A Pekan Raya Jakarta, Kemayoran, pada 17 Februari 2002.  Hadir dalam acara itu antara lain Ketua MPR Amien Rais, Menteri Pendidikan Nasional Malik Fadjar, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Kwik Kian Gie, mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid, dan Nurcholish Madjid.

Baca Juga: Ini Alasan Ahok Tak Datang Ke Perayaan Imlek yang Dihadiri Jokowi

Dalam pidato di luar teks, Presiden Megawati mengatakan bahwa dirinya menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat Khonghucu.

"Tadi saya tahu panitia dan pengurus memberikan suatu sindiran supaya Tahun Baru Imlek dijadikan hari nasional. Demi kebersamaan kita sebagai warga dan bangsa, dengan ini saya nyatakan Tahun Baru Imlek sebagai hari nasional," kata Presiden Megawati.

2.Banjir Besar di Jakarta 


Kenangan yang tak terlupakan bagi warga Jakarta adalah ketika pada 1 Februari 2007 terjadi banjir besar, yang  mengakibatkan setidaknya 80 korban jiwa dan 320.000 warga mengungsi.

Baca Juga: Banjir Jakarta Rendam 23 RT akibat Luapan Ciliwung


Peristiwa itu terjadi di masa Gubernur DKI Sutiyoso. Sutiyoso  menyebut, banjir yang terjadi merupakan yang paling parah dalam sejarah Jakarta. Sebab,  hampir 70 persen wilayah Ibukota direndam air.

"Waktu 2007 awal, jelang jabatan berakhir, terjadi seperti ini. Kalau dulu 70 persen wilayah Jakarta tenggelam. Kalau sekarang kan tidak sebanyak itu," ujar Sutiyoso, di Bundaran HI, Jakarta, Kamis (17/1/2013) malam.

Menurut Sutiyoso, banjir tahun 2007 parah karena ada tiga faktor. Pertama hujan deras di Jakarta. Kedua kiriman dari Ciliwung dan ketiga rob di pantai Jakarta sehingga air sungai tidak bisa masuk ke laut.

Penulis : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU