Kesal Harga Terlalu Murah, Peternak Ayam Petelur Buang Telur dan Rak Dagangannya ke Area Sawah
Peristiwa | 25 Januari 2021, 20:50 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Sebuah video menayangkan peternak ayam petelur membuang ratusan telur ayam beserta raknya ke area persawahan.
Video berdurasi 1 menit 30 detik itu pun viral di berbagai media sosial terutama berseliweran di aplikasi whatsapp.
Baca Juga: Kreatif! Cangkang Telur Ini Diubah Jadi Karya Seni Berharga Fantastis
Peternak itu terlihat uring-uringan karena harga telur jatuh dan terlalu murah di tengah kenaikan harga pakan ternak.
"Terus arep dadi opo peternak iki. Pakan mundak terus, endog soyo mudun, soyo mudun, soyo mudun. Sek di-nyang murah, di-nyang murah. Timbang di-nyang murah wes, tak guwakne pisan, wes," ungkapnya dalam bahasa Jawa, dikutip dari video tersebut, Senin (25/1/2021).
(Mau jadi apa peternak ini. Harga pakan ayam naik terus, harga telur semakin turun, semakin turun, semakin turun. Masih ditawar murah, ditawar murah. Daripada ditawar murah, sudah, saya buang sekalian).
Saat melakukan aksi kesal dan marahnya itu, peternak berada di sekitar kandang ayam yang berseberangan dengan area persawahan.
Di samping peternak laki-laki berkaos hitam ini ada sebuah motor roda tiga pengangkut barang yang dipenuhi dengan telur dalam rak-rak tersusun rapih.
Di bawah kaki laki-laki itu berjajar 10 rak telur.
Pria berkaca mata ini sempat meluapkan amarahnya karena harga pakan ayam mahal.
Namun, di sisi lain, harga telur justru murah.
Bahkan, sejumlah pihak masih juga menawar murah harga telur-telur tersebut.
Saking kesalnya, ia pun membuang 10 rak telur ke sawah di sekitar tempatnya berdiri.
Tidak sampai di situ, laki-laki tersebut mengambil rak telur yang berada di motor roda tiga untuk dibuang.
Namun, video tersebut tidak menayangkan seluruh aksi laki-laki tersebut hingga selesai.
Baca Juga: Unik dan Menarik! Lukisan dari Limbah Cangkang Telur Ayam
Menurut Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional Ki Musbar Mesdi, Satgas Pangan Jawa Timur telah menindaklanjuti video tersebut.
Namun demikian, dalam video terpisah, diketahui jika peternak ayam petelur itu bernama Suparni alias Pitut.
Peternak asal Magetan, Jawa Timur ini meminta maaf atas tindakannya tersebut.
"Sebelumnya saya mohon maaf apabila ada perbuatan atau ucapan yang kurang berkenan. Sebetulnya, hal tersebut saya lakukan karena kecewa, di mana harga pakan naik, sedangkan harga telur mengalami penurunan," tuturnya dalam video klarifikasi itu.
Musbar mengamini pernyataan Suparni tersebut. Ia menjelaskan bahwa harga telur utamanya di tangan peternak (on farm) turun drastis menjadi sekitar Rp17 ribu-Rp18 ribu per kilogram (kg) secara rata-rata nasional.
Harga itu lebih rendah dari patokan yang ditetapkan pemerintah melalui Permendag Nomor 7 Tahun 2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen, yakni Rp19 ribu-Rp21 ribu di tangan petani.
Penyebab turunnya harga telur itu karena berkurangnya serapan dari wilayah Jabodetabek dan Bandung.
Berkurangnya serapan ini diduga karena turunnya daya beli masyarakat dan pembatasan sosial lantaran 2 wilayah itu merupakan zona merah pandemi covid-19.
"Peternak menyampaikan keluhan bahwa serapan telur menurun dari Jabodetabek dan Bandung karena produksi telur nasional 12.800 ton per hari. Padahal, penyerapannya 60 persen ada di daerah Jabodetabek dan Bandung," katanya kepada awak media.
Kondisi tersebut mengakibatkan penumpukan di gudang penyimpanan telur milik peternak.
Di sisi lain, gudang penyimpanan itu hanya mampu menampung telur selama 1 atau 2 hari.
Sedangkan saat ini stok telur milik peternak sudah berada di gudang penyimpanan telur hampir seminggu.
"Harganya lalu ditekan oleh pedagang, kenapa? Karena stok menumpuk kan otomatis peternak berusaha menjual, asal keluar saja pokoknya. Itu (stok telur) harus keluar karena ayam kan bertelur setiap hari," tuturnya.
Baca Juga: Menjadi Peternak Ikan Cupang Setelah di PHK
Akibatnya, harga telur di pasar modern berada di kisaran Rp23 ribu per kg-Rp24 ribu per kg.
Harga itu turun dibandingkan kondisi normal, yakni Rp27 ribu per kg-Rp28 ribu per kg.
Musbar menuturkan sejumlah asosiasi telah berdiskusi dengan Kementerian Perdagangan mengenai kondisi tersebut pada 22 Januari 2021 lalu.
Kemendag, lanjut Musbar, berjanji akan berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait yang berwenang.
Penulis : Deni-Muliya
Sumber : Kompas TV