Bukan Berwarna Hitam dan Sempat Dikira Mata-Mata, Ini Sejarah Black Box
Peristiwa | 12 Januari 2021, 18:19 WIBJAKARTA, KOMPAS.COM - Kotak hitam atau black box pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, pada Sabtu (9/1/2021) sekitar pukul 14.40 WIB, telah ditemukan.
Tidak seperti yang diketahui publik, kotak ini justru bernama oranye dan bernama asli flight recorder. Ada dua jenis perekam ini: flight data recorder (FDR) yang menyimpan belasan data pesawat saat terbang dan cockpit voice recorder (VCR) yang merekam suara di dalam kokpit.
Baca Juga: Begini Penampakan Black Box Sriwijaya Air SJ-182 yang Ditemukan Petugas
Ide pembuatan alat ini berasal dari David Warren. Saat berusia enam tahun, ayahnya meninggal dalam kecelakaan pesawat. Namun, sebelum meninggal ayah David sempat memberinya radio Kristal.
Benda itu membuat David jatuh cinta dengan dunia sains. Ketika dewasa, ia bekerja sebagai peneliti Laboratorium Penelitian Aeronautika Melbourne.
Suatu kali ia terlibat dalam investigasi kecelakaan 3 pesawat jet komersial pertama di dunia, Comet.
Ketika itu, ia berpikir, andai saja ada alat yang dapat mengetahui saat-saat kritis sebelum kecelakaan pesawat. Hal itu tentu akan membantu pilot dan maskapai penerbangan agar menghindari kecelakaan di masa depan.
Ia menceritakan ide itu pada teman dan atasannya di kantor. Namun, mereka tak tertarik.
Baca Juga: Black Box Sriwijaya Air Berhasil Ditemukan, Sedang Dibawa ke JICT
Pada 1954 David kemudian menuliskan laporan berisi gambaran teoritis model awal black box. Ia menulis, alat itu dapat menyimpan empat jam rekaman suara dan data penerbangan.
Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Eddward-S-Kennedy
Sumber : Kompas TV