Rapid Test Antigen Buatan Unpad Akurasinya Melebihi Standar WHO
Peristiwa | 11 Januari 2021, 09:29 WIBBANDUNG, KOMPAS.TV- Pandemi Covid-19 telah mendorong banyak pihak menciptakan inovasi. Salah satunya Universitas Padjadjaran ( Unpad), satu-satunya kampus yang berhasil menciptakan rapid test berbasis antigen (CePAD) di Indonesia.
Untuk itu, Unpad mendorong jumlah produksi CePAD diperbanyak sehingga bisa memenuhi kebutuhan rapid test antigen di Indonesia dan harga lebih murah. "Harga CePAD dipatok Rp 120.000," ungkap Direktur Inovasi dan Korporasi Unpad Diana Sari dalam rilis, Minggu (10/1/2021).
Harga tersebut bukan yang termurah untuk produk sejenis. Namun ia optimistis, jika produksi CePAD terus meningkat, harganya akan lebih murah.
Baca Juga: Rapid Test Digelar Mendadak, Pedagang Pasar Tradisional Kabur
“Seumpama kita produksi satu juta, produk ini akan bisa bersaing dengan produk tes antigen dari importir,” kata Diana.
Namun, tingkat akurasi dan sensitivitas CePAD sudah melampaui ambang rekomendasi yang ditetapkan WHO. Berdasarkan kajian terakhir, akurasi CePAD di angka 91,5 persen, sedangkan tingkat sensitivitasnya 82 persen.
Angka ini di atas rekomendasi WHO yakni 80 persen. Produk rapid tes antigen CePAD sudah mendapat rekomendasi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinis Indonesia dan sudah mendapat izin edar sejak 4 November 2020. Produk ini sudah dipakai dan telah dipesan Kementerian Riset dan Teknologi RI dan Pemprov Jawa Barat.
Baca Juga: Rapid Test Antigen Diberlakukan untuk Perjalanan Jarak Jauh
CePAD sudah diperkenalkan bersama dengan produk rapid test GeNose karya peneliti Universitas Gadjah Mada oleh Menteri Riset dan Teknologi RI Prof. Bambang Brodjonegoro dalam konferensi pers virtual yang digelar Senin (28/12/2020) lalu.
“Dua inovasi anak bangsa ini mempunyai peran sangat penting dalam penanganan Covid-19 terutama dalam pelaksanaan 4T (testing, tracing, tracking, dan treatment),” ujar Menristek.
Menristek menjelaskan, CePAD dan GeNose merupakan dua produk inovasi yang dikategorikan alat untuk melakukan pendeteksian cepat terhadap keberadaan Covid-19 pada manusia. Dua produk ini tidak terkategorikan sebagai tes cepat berbasis antibodi, tetapi memiliki sasaran pengujian yang berbeda.
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV