SBY Pernah Diserang Soal Pilkada Tak Langsung, Mahfud MD: Sampai Menangis di Pesawat, Enggak Kuat
Politik | 14 Oktober 2020, 17:26 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah mendapatkan kritik keras dari masyarakat saat pemerintah dan DPR menyepakati pilkada tak langsung atau kepala daerah dipilih DPRD.
Hal tersebut diungkapkan Menkopolhukam Mahfud MD dalam acara Konferensi Nasional Ilmu Sosial dan Ilmu Politik I yang digelar CSIS Indonesia, Rabu (14/10/2020).
Di acara tersebut, Mahfud berbicara soal evaluasi dan sejarah pilkada.
"Pada saat itu serangan dari masyarakat sipil kepada pemerintahan SBY itu luar biasa," kata Mahfud MD, dikutip dari Kompas.com.
"Pak SBY ini (dianggap oleh masyarakat) merusak demokrasi, macam-macam. Pak SBY enggak tahan melihat hantaman, konon sampai menangis di atas pesawat, dalam perjalanan, enggak kuat," ujar dia.
Baca Juga: Mahfud MD Tegaskan Pemerintah Tak Pernah Sebut SBY dan AHY Dalang Demo Tolak Omnibus Law Cipta Kerja
Sebagai informasi, aturan mengenai pilkada tak langsung yang dimaksud adalah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota yang mengatur bahwa kepala daerah dipilih oleh DPRD.
Mahfud mengatakan, dalam perjalanan dari Amerika Serikat menuju Tanah Air, SBY kemudian mengumumkan akan mencarikan solusi. Hal itu dilakukan supaya kepala daerah tak dipilih DPRD.
Beberapa hari setelah tiba di Indonesia, SBY lantas mengambil sikap dengan mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu) untuk membatalkan aturan pilkada tak langsung.
SBY menandatangani perppu untuk mencabut UU Nomor 22 Tahun 2014.
Penulis : Idham-Saputra
Sumber : Kompas TV