> >

Resmi dari WHO, Berikut 7 Rekomendasi Global Pemberian MPASI untuk Bayi

Kesehatan | 24 Oktober 2024, 21:33 WIB
Ilustrasi bayi. (Sumber: Unsplash)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Alissa Pries, Konsultan Regional UNICEF untuk Asia Timur dan Pasifik memaparkan tujuh rekomendasi global dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) bagi bayi. 

Alissa menjelaskan, pentingnya mematuhi pedoman ini untuk memastikan bayi mendapatkan asupan gizi yang optimal selama masa pertumbuhan.

"Ini berdasarkan bukti bahwa ASI terus menyediakan zat gizi dan energi yang dibutuhkan untuk anak dalam dua tahun kehidupannya," kata Alissa pada Rabu lalu.

Pertama, Alissa menekankan, meskipun MPASI mulai diberikan, pemberian ASI harus tetap dilanjutkan hingga anak berusia dua tahun atau lebih.

ASI tetap menjadi sumber energi dan gizi penting bagi bayi selama dua tahun pertama kehidupannya.

Baca Juga: Heboh Bayi Diberi Obat Penambah Nafsu Makan, Benarkah Bayi Gemuk Dianggap Sehat, Mitos atau Fakta?

Kedua, bagi bayi yang juga mengonsumsi susu selain ASI, susu formula dan susu hewani dianjurkan hingga usia 6-11 bulan.

Namun, saat anak mencapai usia 12-23 bulan, hanya susu hewani yang disarankan, sementara susu formula lanjutan tidak direkomendasikan.

Ketiga, MPASI harus diperkenalkan kepada bayi tepat pada usia enam bulan atau 180 hari.

Alissa memperingatkan, penundaan dalam pemberian MPASI dapat berdampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangan anak.

"Menunda (memberikan) MPASI ini bisa berbahaya, jadi enam bulan itu rekomendasi memperkenalkan MPASI," ujar Allisa.

Keempat, variasi makanan dalam MPASI sangat penting untuk anak berusia 6-23 bulan.

Alissa menyarankan untuk memberikan makanan hewani seperti daging, ikan, atau telur setiap hari, serta buah, sayur, dan kacang-kacangan sebagai sumber gizi yang beragam.

Kelima, makanan dan minuman yang tidak sehat, seperti yang mengandung gula, garam, dan lemak trans tinggi, sebaiknya dihindari.

Konsumsi produk-produk ini dapat berkontribusi pada masalah gizi buruk, kelebihan berat badan, dan pola makan yang tidak sehat.

Keenam, Alissa menyarankan penggunaan makanan atau suplemen yang difortifikasi bagi bayi berusia 6-23 bulan jika kebutuhan gizinya tidak terpenuhi.

Konsumsi makanan yang difortifikasi, terutama sereal berbasis biji-bijian dapat meningkatkan status zat besi serta perkembangan mental dan motorik bayi.

Ketujuh, pemberian makan responsif perlu diterapkan pada anak berusia 6-23 bulan.

Praktik ini mendorong anak untuk makan secara mandiri, merespons kebutuhan fisik dan emosional mereka, serta mendukung perkembangan kognitif dan sosial.

"Ini untuk merespons kebutuhan fisiologis dan perkembangan yang dapat mendorong pengaturan diri dalam makan, serta mendukung fungsi kognitif emosional dan kognitif pembangunan sosial," ucapnya dikutip dari Antara.

Baca Juga: Tembok Setinggi 4 Meter Ambruk Timpa Ibu dan Balita di Cilacap

Penulis : Kiki Luqman Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU