> >

Tren Fast Beauty Ancam Lingkungan, Sumbang 6,8 juta Ton Limbah Plastik per Tahun di Indonesia

Beauty and fashion | 16 Oktober 2024, 13:57 WIB
Ilustrasi limbah skincare dan kosmetik yang dikumpulkan untuk didaur ulang (Sumber: Dok. AVO Innovation Technology)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Tren kecantikan yang serba cepat atau fast beauty memiliki dampak negatif yang tidak kalah serius daripada fast fashion, terutama pada lingkungan.

Fast beauty adalah fenomena produk kecantikan yang diproduksi dan didistribusikan dengan cepat untuk mengikuti tren pasar yang berubah-ubah.

Dikutip dari Kompas.id, sampah industri kecantikan termasuk skincare di Indonesia turut menyumbang 6,8 juta ton limbah plastik setiap tahunnya, dan 70 persen di antaranya masih belum diolah dengan baik.

Kontaminasi yang muncul dari produk skincare juga dapat menjadi ancaman bagi air dan udara. 

Pencemaran tersebut berpotensi merusak ekosistem air dan organisme di lingkungan yang dilalui air tercemar itu.

Baca Juga: 'Babysitter' Mengaku Dapat Stok Obat Keras dari Rekan Kerja Seprofesi, Polisi Selidiki!

Konsumsi Berlebih

Sosial media menjadi salah satu faktor pertumbuhan tren kecantikan terutama skincare.

Beberapa waktu terakhir, kampanye influencer akan pentingnya perawatan diri tersebar secara masif.

Dilaporkan oleh YCP Solidiance, dalam setahun terakhir, terdapat peningkatan penelusuran mengenai perawatan kulit hingga 230 persen. 

Hal tersebut juga berdampak pada peningkatan penelusuran produk perawatan kulit hingga 130 persen.

Persaingan pangsa pasar merek skincare di Indonesia juga turut menjadi perhatian.

Sehingga mereka berlomba-lomba untuk mengeluarkan produk terbaru dengan bahan yang diklaim paling ampuh menyelesaikan permasalahan kulit wajah.

Bahan-bahan skincare terkini, seperti kandungan vitamin C, hyaluronic acid, dan niacinamide, turut meramaikan tren skincare Indonesia. 

Baca Juga: DPR Setujui Herindra Jadi Calon Kepala BIN Gantikan Budi Gunawan

Bisa dikatakan, konsumsi produk kecantikan sebagai bentuk perawatan diri dinilai sudah mencapai titik overconsumption atau konsumsi berlebih.

Jika diasumsikan dengan tren langkah perawatan kulit wajah yang paling dasar, setiap konsumen membutuhkan 5-6 produk yang digunakan.

Hanya untuk skincare wajah sudah memerlukan variansi produk yang banyak. B

elum lagi jika konsumen menghadapi permasalahan kulit yang kompleks sehingga dibutuhkan produk lebih banyak lagi dan spesifik.

Penulis : Dian Nita Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas.id


TERBARU