> >

Mengapa Banyak Perempuan Bertahan dalam Hubungan yang Penuh Teror KDRT? Ini Alasannya

Tren | 15 Agustus 2024, 20:30 WIB
Kolase foto Cut Intan Nabila menjadi korban KDRT sang suami (foto tengah), Armor Toreador (kanan). (Sumber: Instagram @cut.intannabila via Tribunstyle)

Merasa malu atau menyangkal

Dengan dalih KDRT adalah aib keluarga yang harus ditutup-tutupi dan tidak seharusnya dilaporkan atau diketahui orang lain, atau dengan alasan untuk melindungi anak, membuat kasus KDRT hanya sedikit yang muncul di permukaan.

Banyak pula pelaku KDRT adalah pria yang dihormati atau disukai di lingkungannya karena mereka manipulatif.

Hal ini membuat orang lain tidak menyadari pelecehan tersebut dan semakin mengisolasi korban. Pelaku sering kali meremehkan, menyangkal, atau menyalahkan korban atas kekerasan yang dilakukannya.

Korban mungkin merasa malu untuk mengungkapkan apa yang dialaminya atau mencari alasan untuk menutupi pelecehan tersebut.

Trauma dan kepercayaan diri rendah

Bayangkan jika kita setiap hari mendengar bahwa diri kita tidak berharga, hal ini tentu membuat kepercayaan diri rendah.

Para korban sering kali juga tak punya kebebasan untuk membuat keputusan. Korban dalam hubungan yang abusive juga mengalami trauma, sering kali disebut tidak becus sebagai istri dan ibu sehingga membutuhkan pasangannya.

Rasa takut yang dialami mereka konstan karena setiap hari harus hidup dengan teror.

Baca Juga: Psikolog Sesalkan Cut Intan Korban KDRT Tidak Speak Up sejak Lama: Suami Bisa Tertolong Atasi Amarah

Alasan praktis

Pelaku sering kali mengontrol seluruh aspek kehidupan korban, membuatnya tidak bisa mandiri. Dengan mengontrol akses pada finansial, korban pun merasa tidak berdaya dan tidak mampu menyokong hidupnya jika harus berpisah.

 

Penulis : Ade Indra Kusuma Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU