> >

Cerita Joki Strava, FOMO Lari Jadi Ladang Cuan dan Dijual Rp3000 per Kilometer

Tren | 9 Juli 2024, 07:14 WIB
Joki Strava (Sumber: Tribunnews.com )

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ada job baru yang nyeleneh dan viral di media sosial, namanya adalah joki strava. Apa itu?

Joki Strava menawarkan jasa hasil lari di media sosial, yang kemudian hasil itu bisa dipamerkan ke khalayak ramai.

Diketahui, masyarakat Indonesia kini tampaknya tengah menggemari olahraga lari.

Hal tersebut terlihat dari masyarakat yang ramai-ramai flexing alias memamerkan outfit lari, performa larinya di media sosial, baik saat sedang fun run, atau mengikuti maraton alias kompetisi lari.

Baca Juga: PSI Jakbar Usulkan Deddy Corbuzier hingga Ahok di Pilkada DKI Jakarta

Kini, salah satu aplikasi yang ramai digunakan di kalangan pelari yaitu Strava.

Untuk diketahui, di aplikasi berbasis GPS ini, orang bisa melacak beberapa hal seperti kecepatan, rute, pace, jarak tempuh, durasi, elevation gain, denyut jantung hingga kalori yang terbakar.

Viral muncul #JokiStrava di media sosial

Lantaran ramainya olahraga lari dan pamer Strava saat ini, ada warganet yang membuka jasa joki Strava di media sosial.

Sontak saja joki Strava ini pun langsung viral hingga menjadi perbincangan di jagat maya, terutama di platform X (Twitter).

Salah satu twit viral karena menawarkan joki Strava adalah milik akun dengan handle @hahahiheho. Harga joki Strava yang ditawarkan tersebut menyesuaikan pace, jarak, dan faktor lain.

Kemudian dari twit @@hahahiheho, beberapa pengguna lain jadi terinspirasi membuka joki Strava.

Misalnya, seperti akun @Irgsyhs. Ia mengaku siap membuka jasa joki Strava sambil flexing empat riwayat larinya yang dilacak menggunakan Strava.

Akun @spencerrade juga terinspirasi membuka joki Strava untuk online race 5K dan 10K. Menurut akun ini, pembayaran bisa dalam bentuk uang atau dalam bentuk energi bar/gel atau minuman isotonik.

Kompas.com mencoba menghubungi akun lain yang menawarkan jasa #JokiStrava di Instagram dengan handle @jasajokilari.

Akun yang dikelola El (nama samaran) ini menawarkan joki untuk acara lari atau jasa menemani lari.

Tak hanya Strava, ia juga membuka joki untuk aplikasi kebugaran lain, seperti Nike Run Club.

Melalui akunnya, ia ini mengaku telah lari sebanyak 538 kali, sejauh 2.109 kilometer dengan pace rata-rata 6, sejak 2022.

El juga membagikan performa lari terbaiknya, yaitu berjarak 5,26 km dengan pace 4 (4 menit 13 detik per kilometer) menggunakan aplikasi Nike Run Club.

Sekedar informasi, pace adalah istilah untuk waktu yang dibutuhkan untuk menempuh satu kilometer atau satu mil.

Saat ditanya melalui DM Instagram, @jasajokilari merinci menawarkan joki lari dengan harga berikut:

Pace 7 ke atas - Rp 2.000 per kilometer Pace 6-7 - Rp 2.500 per kilometer Pace 5-6 - Rp 3.000 per kilometer. Untuk memesan @jasajokilari milik El yang berdomisili di Tangerang ini, calon konsumen bisa langsung menghubungi akun tersebut di Instagram.

Kemudian, mereka bisa memilih opsi pace dan jarak tempuh yang diinginkan. Hanya saja, akun Strava yang digunakan untuk merekam data lari adalah milik El, selaku pemberi jasa.

Pembayaran baru dilakukan setelah pemesan menerima tangkapan layar data lari dari aplikasi Strava.

Ilustrasi lari, olahraga (Sumber: Bradley Dunn on Unsplash)

Jadi Sampingan

Diketahui, El kini masih berstatus mahasiswa dan menjadikan jasa joki Strava itu sebagai sampingan.

Ia mengaku sudah melakukan perjokian lari sejak tahun lalu, namun sifatnya masih sukarela.

"Kalau buka jasa ini baru kemarin, kalau yang dulu-dulu itu lebih ke jokiin temen yang emang butuh data lari buat di-report ke coach (pelatih) nya," katanya ketika dihubungi, Kamis (4/7/2024), dikutip dari Kompas.com.

"Ada juga yang pas race day ingin mendapatkan time/waktu finish yang bagus jadi aku bantu, imbuhnya.

Meskipun sedang marak, akan tetapi, El mengatakan bahwa peminat jasa Joki Strava belum begitu besar.

Namun, ia memutar otak untuk menawarkan jasa lain yang dianggp lebih menarik.

"Karena cuma sebatas data Strava gitu orang sebetulnya kurang tertarik. Aku sih rencananya juga mau jadi pacer (pengatur pace/kecepatan saat lari)," jelasnya.

Ide Joki Strava ini muncul lantaran El sendiri memang hobi berlatih lari. Bahkan, ia juga pernah menjuarai kompetisi lari. Skill ini lah yang kemudian ia monetisasi.

"Hitung-hitung daripada setiap hari latihan lari tapi enggak menghasilkan, jadi lebih baik sekalian latihan sekalian nambah pemasukan," ujarnya.

Menurut El, selama ia membuka jasa joki lari, kebanyakan pelanggannya adalah perempuan yang menargetkan pace di angka 7-8, serta jarak terjauh yang pernah ditempuh adalah 10 kilometer.

Terkait fenomena joki lari, El mengatakan bahwa jasa ini bisa membantu orang yang memang ingin mencapai target tertentu untuk tujuan khusus, namun kemampuannya belum ada. Sebab, tidak semua orang memiliki ketahanan fisik yang tangguh, meskipun lari dengan jarak tempuh pendek.

Demi Validasi di Media Sosial

Setelah viralnya Joki Strava di media sosial ini pun menuai beragam komentar dari warganet.

Beberapa warganet lain terlihat tertarik dengan menanyakan harga dan rute lari yang tersedia. Banyak warganet yang merasa lucu dengan adanya Joki Strava ini.

Namun, banyak juga warganet yang heran dan tak habis fikir dengan tren joki Strava ini, dengan menyebut "tren macam apa ini".

Baca Juga: Kompas Travel Fair 2024 Digelar September, Ada Tiket Pesawat Rp59 Ribu

Warganet lain berpendapat bahwa tren joki Strava ini ada karena olahraga hanya dilakukan karena ikut-ikutan alias FOMO (fear of missing out) dan dijadikan ajang mencari validasi atau pengakuan sosial.

"FOMO olahraga gapapa sih, mencari pengakuannya yang salah. Trendnya harusnya berhenti di pamer olahraganya, ga mesti ada kompetisi semu pake Strava ini," twit salah satu warganet di X.

Warganet lain menyebut, fenomena Joki Strava ini ada ketika orang mau kelihatan sehat dan kuat, tapi ingin instan dan tanpa proses.

Warganet lain menyebut olahraga itu mencari sehat dan paling nikmat jika dilakukan sendiri, bukan pakai Joki Strava untuk validasi dari orang lain di media sosial.

 

Penulis : Ade Indra Kusuma Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU