22,4 Persen Mahasiswa Pendidikan Dokter Spesialis Alami Depresi, Beban Kerja Jadi Pemicu
Kesehatan | 17 April 2024, 11:37 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Beban kerja berat yang dialami para dokter yang sedang mengikuti program pendidikan dokter spesialis (PPDS) dianggap jadi pemicu tingginya angka depresi di kalangan mahasiswa PPDS.
Hal itu terungkap dalam data terbaru Kementrian Kesehatan terhadap 12.121 dokter yang menjalani PPDS di 28 rumah sakit vertikal.
Skrining tersebut dilakukan pada Maret 2024. Hasil skrining mengungkap, 22,4 persen peserta PPDS mengalami gejala depresi, dan 0.6 persen di antaranya mengalami depresi berat, bahkan ditemukan dokter yang ingin bunuh diri.
Baca Juga: 4 Minuman yang Ampuh Turunkan Kadar Kolesterol
Dari 22,4 persen PPDS yang mengalami depresi, 381 orang (14 persen) menjalani pendidikan spesialis anak, 350 pendidikan spesialis penyakit dalam, 248 anestesiologi, 164 neurologi, dan 153 obgyn, jika ditotal jumlah dokter yang alami depresi adalah 1.296 orang.
PPDS yang mengalami gejala depresi terbanyak (22,4 persen) berasal dari RSCM Jakarta, 250 dari RS Hasan Sadikin Bandung, 326 dari RS Sardjito Yogyakarta, 284 dari RS Ngoerah Denpasar.
Dikutip dari Kompas.id, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Ari Fahrial Syam mengatakan, pendidikan untuk PPDS memang memiliki beban yang cukup besar.
Beban pelayanan di rumah sakit vertikal juga sangat besar sehingga tidak menutup kemungkinan peserta PPDS yang belajar dan melayani di rumah sakit vertikal berisiko mengalami depresi.
Baca Juga: Adik Ammar Zoni Rayakan Momen Lebaran Bersama Keluarga Irish Bella
”Sebagai PPDS, beban kerjanya cukup besar. Belum lagi bagaimana menghadapi pasien dengan tingkat sosial, ekonomi yang bermacam-macam sehingga mereka (PPDS) terpapar risiko terjadi depresi,” katanya.
Faktor lain yang juga berkontribusi adalah biaya pendidikan dalam program PPDS yang mahal dan dibiayai pribadi.
Penulis : Ade Indra Kusuma Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV