6 Jenis Gangguan Makan atau Eating Disorder dan Gejalanya
Kesehatan | 25 Maret 2024, 20:15 WIB
JAKARTA, KOMPAS.TV - Gangguan makan atau eating disorder merupakan gangguan mental yang ditandai dengan perilaku makan yang tidak normal.
Penderita gangguan makan dapat mengonsumsi terlalu sedikit atau terlalu banyak makanan dan terobsesi pada berat badan atau bentuk tubuhnya.
Mereka menunjukkan berbagai macam perilaku makan yang berbeda, tergantung jenis gangguan makan yang diderita. Dikutip dari laman National Institute of Mental Health, eating disorder mungkin diawali dengan mengonsumsi makanan lebih sedikit atau lebih banyak daripada biasanya.
Namun, pada tahap tertentu, rasa ingin makan lebih banyak atau lebih sedikit terus-menerus di luar keinginan.
Baca Juga: Ramai Soal Candaan Eating Disorder, Luna Maya Minta Maaf: Saya Hanya Manusia
Gangguan makan dibagi dalam beberapa kategori. Masing-masing jenis eating disorder memiliki gejala dan risiko komplikasi yang berbeda.
6 Jenis Gangguan Makan dan Gejalanya
1. Anoreksia nervosa
Anoreksia nervosa umumnya berkembang pada masa remaja dan cenderung dialami oleh perempuan. Dikutip dari laman Healthline, penderita anoreksia nervosa menganggap dirinya terlalu gemuk, meskipun sebetulnya sangat kurus.
Mereka terus menimbang berat badan, menghindari jenis makanan tertentu, dan sangat membatasi asupan kalori. Tentunya anoreksia bisa sangat merusak tubuh.
Seiring berjalannya waktu, individu yang mengidapnya bisa mengalami penipisan tulang, ketidaksuburan, serta rambut dan kuku yang rapuh.
Dalam kasus parah, anoreksia bisa menyebabkan kegagalan jantung, otak, multiorgan, dan kematian.
2. Binge Eating Disorder (BED)
Binge Eating Disorder (BED) menjadi salah satu penyakit kronis paling umum di kalangan remaja. Penderita BED biasanya makan dalam jumlah yang sangat besar dalam waktu yang relatif singkat.
Selain itu, mereka merasa kurang kendali saat makan berlebihan. Namun mereka tidak membatasi kalori atau membuang makanan seperti muntah, untuk mengimbangi makan berlebihan.
Penderita BED sering kali mengonsumsi makanan dalam jumlah berlebihan dan ada kemungkinan tidak memilih makanan bergizi. Hal itu bisa meningkatkan risiko komplikasi medis, seperti penyakit jantung, stroke dan diabetes tipe 2.
3. Bulimia Nervosa
Sama seperti anoreksia, bulimia cenderung berkembang selama masa remaja dan awal masa dewasa. Kondisi gangguan mental ini juga sering terjadi pada wanita.
Penderita bulimia sering kali makan dalam jumlah yang sangat besar dalam jangka waktu tertentu. Bulimia nervosa digambarkan dengan episode berulang makan berlebihan kemudian diikuti perilaku seperti muntah, puasa, olahraga berlebihan, dan kombinasinya.
Saat makan berlebihan, biasanya penderitanya merasa tidak bisa berhenti makan atau mengontrol seberapa banyak mereka makan. Bulimia nervosa sedikit mirip dengan anoreksia binge eating and purging.
Namun penderita bulimia biasanya bisa mempertahankan berat badan yang relatif normal. Efek samping dari bulimia di antaranya peradangan, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar ludah, kerusakan gigi, refluks asam, iritasi usus, dehidrasi parah, dan gangguan hormonal.
Dalam kasus yang parah, bulimia juga bisa menyebabkan ketidakseimbangan kadar elektrolit seperti natrium, kalium, dan kalsium. Kondisi tersebut bisa menyebabkan stroke dan serangan jantung.
4. Pica
Pica adalah gangguan makan yang penderitanya cenderung menginginkan dan memakan zat non-makanan. Penderita pica membutuhkan zat non-makanan seperti es, kotoran, tanah, kapur, sabun, kertas, rambut, kain, wol, kerikil, deterjen, atau tepung maizena.
Gangguan tersebut dapat menyerang anak-anak, wanita hamil dan individu yang menderita disabilitas mental.
Baca Juga: Kenali Eating Disorder, Salah Satu Penyakit Mental: Bukan untuk Disepelekan
5. Gangguan ruminasi (Rumination disorder)
Orang dengan kondisi gangguan ruminasi umumnya akan memuntahkan makanan yang baru saja mereka telan. Eating disorder dengan tipe Rumination disorder dapat memengaruhi orang-orang di semua tahap kehidupan, baik pada masa bayi, kanak-kanak atau dewasa.
Orang dewasa dengan kelainan ini mungkin membatasi jumlah makanan yang mereka makan, terutama di tempat umum. Hal ini dapat menyebabkan mereka menurunkan berat badan dan menjadi kurus.
6. Avoidant/restrictive food intake disorder (ARFID)
Avoidant/restrictive food intake disorder (ARFID) adalah gangguan makan yang menyebabkan orang kurang makan. Hal ini bisa disebabkan karena kurangnya minat pada makanan atau ketidaksukaan yang kuat terhadap tampilan, bau, atau rasa makanan tertentu.
Penulis : Switzy Sabandar Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV