Mengenal Istilah Social Battery, Tingkat Energi Seseorang untuk Bersosialisasi
Kesehatan | 5 Januari 2024, 13:12 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Interaksi sosial bisa menjadi pemicu energi bagi sebagian orang, terutama yang memiliki kepribadian ekstrover. Namun bagi mereka dengan kepribadian introver, tingkat interaksi sosial yang sama, justru bisa menguras energi.
Penting untuk diketahui, batas energi setiap orang berbeda-beda. Konsep ini sering disebut sebagai social battery atau dalam bahasa Indonesia, adalah baterai sosial.
Social battery mengacu pada jumlah energi yang dimiliki seseorang untuk melakukan interaksi sosial.
Mengutip laman Medical News Today, social battery merupakan konsep yang membantu individu untuk menjelaskan bagaimana interaksi sosial memengaruhi tingkat energi mereka.
Besarnya social battery dan aktivitas untuk mengisi ulang energi tersebut, bervariasi pada setiap individu. Contohnya, ekstrover cenderung mendapatkan energi dari interaksi sosial.
Oleh karena itu, ketika mereka merasa energi mereka hampir habis, mereka dengan sesegera mungkin memilih untuk menghabiskan waktu dengan orang lain untuk mengisi ulang energi mereka.
Sebaliknya, introver mengeluarkan energi selama interaksi sosial dan biasanya mereka perlu mengisi ulang energi mereka dengan menghabiskan waktu sendirian.
Hal ini juga berlaku untuk individu seperti mereka yang berada dalam spektrum autisme atau menghadapi kecemasan sosial.
Penting untuk dicatat, social battery bukanlah konsep medis, tetapi lebih sebagai cara populer dan praktis bagi individu untuk menjelaskan kepada orang lain mengenai bagaimana aktivitas sosial memengaruhi mereka.
Baca Juga: 8 Tips Menjalin Pertemanan dengan Introver agar Mereka Akrab Denganmu
Social battery yang kecil atau cepat habis menandakan seseorang memiliki energi yang lebih sedikit secara keseluruhan untuk bersosialisasi.
Hal ini mungkin disebabkan oleh perasaan bahwa bersosialisasi membuat mereka lelah, stres, atau terlalu stimulatif.
Sama seperti baterai pada umumnya, seseorang dengan social battery yang kecil dan cepat habis, perlu mengisi ulang energi mereka lebih sering.
Sebaliknya, social battery yang besar atau tahan lama menunjukkan seseorang memiliki banyak energi untuk bersosialisasi.
Mungkin butuh waktu lama bagi mereka untuk merasa lelah, sehingga mereka tidak perlu mengisi ulang energi begitu sering. Bahkan, mereka mungkin mendapatkan energi dari bersosialisasi.
Banyak hal dapat memengaruhi seberapa lama social battery seseorang dapat bertahan, di antaranya;
- Kepribadian: Setiap individu memiliki toleransi sosial yang berbeda berdasarkan kepribadian mereka.
- Tipe interaksi sosial: Interaksi sosial yang berbeda-beda dapat memiliki dampak yang beragam pada tingkat energi seseorang.
- Kualitas atau kemudahan interaksi: Kualitas dan kenyamanan dalam interaksi sosial dapat memengaruhi sejauh mana seseorang dapat bertahan.
- Stresor eksternal: Faktor-faktor stres dari lingkungan luar, seperti kebisingan atau ketidakpastian, juga dapat mempengaruhi social battery.
- Stresor internal: Faktor-faktor stres internal, seperti kecemasan, juga dapat berperan dalam menguras energi sosial seseorang.
Fakto-Faktor yang Menguras Social Battery
Ada beberapa faktor yang dapat menguras social battery seseorang, dan sejauh mana energi seseorang terkuras bergantung pada kepribadiannya dan cara mereka menjalani interaksi sosial.
Baca Juga: 5 Kelebihan Orang Introvert di Tempat Kerja, Termasuk Lebih Fokus
Meskipun ekstrover bisa saja tidak merasa social battery mereka benar-benar habis, tetapi beberapa orang termasuk intover merasa terkuras selama interaksi sosial karena faktor-faktor berikut:
1. Bersosialisasi
Berinteraksi dengan individu membutuhkan lebih banyak energi daripada yang lain.
Misalnya, berinteraksi dengan rekan kerja atau berbicara dengan orang asing di lingkungan kerja yang penuh tekanan bisa lebih melelahkan dibandingkan menghabiskan waktu bersama teman dekat dan keluarga.
2. Jenis interaksi
Tergantung pada kualitas interaksi, apakah interaksi ini menarik atau membosankan.
Misalnya, berinteraksi dengan teman yang kurang pengertian bisa saja membuat seseorang mengalami stres dan kelelahan, dibandingkan dengan berinteraksi dengan anggota keluarga yang penuh kasih sayang.
3. Ukuran kelompok
Kelompok yang lebih besar memerlukan lebih banyak interaksi, dapat menimbulkan lebih banyak keributan, dan melibatkan dinamika sosial yang lebih kompleks.
Oleh karena itu, interaksi seperti ini bisa saja lebih melelahkan bagi sebagian orang dibandingkan percakapan satu lawan satu.
4. Durasi
Semakin lama seseorang bersosialisasi, semakin banyak energi yang dikuras dan semakin kecil kesempatannya untuk mengisi ulang energinya kembali.
5. Ketidakseimbangan kekuasaan
Rasisme, seksisme, anti-disabilitas, dan ketidakseimbangan kekuasaan bisa saja berdampak pada interaksi sosial.
Seseorang yang termasuk dalam kelompok yang secara historis terabaikan, mungkin merasa lebih terkuras ketika berinteraksi dengan orang-orang yang tidak memahami apa yang mereka alami.
6. Stres
Dalam beberapa kejadian, terdapat pemicu stres selain dari aktivitas bersosialisasi itu sendiri. Misalnya, seseorang mungkin merasa gugup saat berpidato atau melakukan presentasi di suatu acara.
Baca Juga: Pantas Dikenal Introvert, 4 Zodiak Ini Nyaman kalau Lagi Sendirian
Cara Mengisi Ulang Social Battery
Menurut studi tahun 2019, Amerika Serikat menempatkan nilai tinggi pada ekstraversi, di mana banyak tempat kerja dan sekolah mendorong setiap individu untuk bersosialisasi dan menjadi ekstrover.
Hasilnya, mengisi ulang social battery bagi ekstrover bisa lebih mudah tergantung pada tempat tinggal atau tempat kerja mereka.
Sebaliknya, introver perlu mengambil langkah ekstra untuk mengetahui dan memahami aktivitas mana yang dapat meningkatkan energi positif mereka.
Biasanya, introver cenderung menyendiri, beristirahat, atau melakukan aktivitas tenang lainnya, karena itulah yang efektif untuk mengisi ulang social battery mereka.
Perlu diingat, social battery bukanlah konsep yang dapat diandalkan untuk memprediksi perilaku atau emosi seseorang.
Meskipun demikian, hal ini bisa menjadi cara yang bermanfaat untuk membantu seseorang memahami tanggapan mereka terhadap interaksi sosial.
Penulis : Almarani Anantar Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Medical News Today