> >

Hari Kesadaran Diseksi Aorta: Mengenal Gejala Penyakit Hingga Pencegahannya

Kesehatan | 20 September 2023, 08:59 WIB
Ilustrasi Lansia yang Mengalami Nyeri di Bagian Dada Akibat Diseksi Aorta (Sumber: Freepik)

JAKARTA, KOMPAS TV - Hari ini, Selasa (19/9/2023) bertepatan dengan hari kesadaran diseksi aorta yang diperingati setiap setahun sekali. Tujuan dari hari peringatan ini adalah meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat mengenai penyakit serius ini yang harus diwaspadai. 

Diseksi aorta adalah kondisi serius di mana lapisan-lapisan arteri utama tubuh, yang disebut aorta, terbelah atau robek. Hal ini dapat mengakibatkan darah bocor ke dalam dinding aorta dan mempengaruhi aliran darah ke organ-organ tubuh. Kondisi ini merupakan darurat medis yang mengancam nyawa.

Gejala Diseksi Aorta

Gejala diseksi aorta dapat mencakup nyeri hebat pada dada, punggung, rahang, atau perut, yang seringkali sangat tajam dan mendalam. Seiring dengan perkembangan kondisi, kamu juga mungkin akan mengalami gejala lainnya, seperti;

  • Nyeri rahang,
  • Nyeri leher,
  • Nyeri perut,
  • Nyeri bahu,
  • Pingsan atau pusing,
  • Kesulitan bernapas,
  • Kelemahan mendadak,
  • Kulit berkeringat,
  • Mual,
  • Muntah,
  • Syok.

Baca Juga: Tenaga Kesehatan Keliling Taburkan Abate di Penampungan Air Warga untuk Cegah DBD

Dua Jenis Utama Diseksi Aorta

1. Diseksi Tipe A: Robekan terjadi pada bagian aorta yang keluar dari jantung, yang disebut aorta asendens.

2. Diseksi Tipe B: Robekan terjadi pada bagian aorta yang berada di bawah aorta asendens, biasanya di area dada atau abdomen.

Penyebab Diseksi Aorta

Penyebab diseksi aorta dapat melibatkan tekanan darah tinggi, aterosklerosis (pengerasan arteri), cedera dada, kondisi genetik seperti sindrom marfan, atau faktor lain yang melemahkan dinding aorta.

Siapa yang Berisiko Mengalami Diseksi Aorta?

Penelitian yang dilakukan oleh David Levy, Amandeep Goyal, Yulia Grigorova, Fabiola Farci, dan Jacqueline K. Le pada tahun 2023 menyatakan diseksi aorta terjadi pada sekitar 5 hingga 30 kasus per 1 juta orang setiap tahun. Meskipun yang paling sering terjadi pada pria berusia 40 hingga 70 tahun, kondisi ini tetap dapat menyerang siapa saja.

Faktor-faktor yang Dapat Meningkatkan Risiko Diseksi Aorta

  • Tekanan darah tinggi,
  • Merokok,
  • Aterosklerosis,
  • Kondisi seperti sindrom marfan, di mana jaringan tubuh lebih lemah dari biasanya,
  • Sebelumnya pernah menjalani pembedahan jantung,
  • Trauma yang melibatkan cedera dada,
  • Aorta yang menyempit secara alami,
  • Katup aorta yang rusak,
  • Kehamilan.

Baca Juga: Alasan Kenapa Penyakit Diabetes Berujung Amputasi Kaki | SINAU

Komplikasi Diseksi Aorta

Diseksi aorta mungkin sulit didiagnosis. Kondisi dan gejalanya dapat disalahartikan sebagai penyakit lain. Hal ini dikarenakan diseksi aorta dapat menyebabkan kerusakan serius dalam waktu singkat, maka dari itu diperlukan diagnosis dan penanganan yang cepat.

Tanpa penanganan yang cepat, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi yang fatal, seperti;

  • Ruptur aorta,
  • Tamponade jantung,
  • Serangan jantung,
  • Henti jantung mendadak,
  • Regurgitasi aorta,
  • Kegagalan organ,
  • Gagal jantung.

Dokter dapat mendiagnosis penyakit ini dengan melakukan CT scan Aorta untuk melihat robekan dengan jelas dan akurat. Pemindaian ini juga dapat membantu mengidentifikasi area target untuk pembedahan. Tidak hanya itu, Dokter juga dapat menggunakan;

  • Rontgen dada,
  • CT scan dengan kontras yang ditingkatkan,
  • Pemindaian MRI dengan angiografi,
  • Ekokardiogram transesofagus (TEE). TEE melibatkan alat yang memancarkan gelombang suara ke tenggorokan hingga mendekati area setinggi jantung. Kemudian, gelombang ultrasound akan menghasilkan gambar jantung dan aorta.

Penanganan Diseksi Aorta

Diseksi aorta adalah kondisi medis darurat yang jika tidak ditangani, akan menambah angka kematian. Diseksi aorta dapat ditangani dengan melakukan pembedahan, terutama untuk diseksi aorta tipe A. 

Pembedahan jantung terbuka dapat dilakukan untuk memperbaiki diseksi dan kerusakan sekaligus meningkatkan aliran darah. Dokter bedah dapat membuat sayatan bedah pada dada atau perut untuk memperbaiki aorta. Pada beberapa kasus, penderita diseksi aorta tipe A dapat menerima katup prostetik atau aorta asenden prostetik.

Untuk diseksi aorta tipe B, pembedahan endovaskular juga dapat dilakukan untuk memperbaiki aorta atau memasang stent, yaitu tabung berongga yang ditempatkan di dalam tubuh untuk menyokong jalur yang tersumbat.

Jenis pembedahan ini tidak terlalu invasif dibandingkan pembedahan jantung terbuka. Pembedahan ini juga dapat dilakukan pada orang dengan diseksi aorta tipe B yang rumit.

Setelah prosedur, Dokter dapat memantau di rumah sakit untuk kemungkinan komplikasi, termasuk stroke dan cedera ginjal akut.

Baca Juga: Kemenkes Ungkap 6 Penyakit yang Berkaitan dengan Polusi Udara, Kasus ISPA Meningkat

Pencegahan Diseksi Aorta

 

Diseksi aorta dapat dicegah dengan menjalani pemeriksaan ultrasonigrafi atau aneurisma aorta, terutama untuk pria berusia 65 hingga 75 tahun yang merupakan mantan perokok atau perokok aktif saat ini. Dengan melakukan pemeriksaan, maka peluang untuk bertahan hidup akan meningkat.

Jika memiliki penyakit jantung atau kondisi lain yang berhubungan dengan jantung, sangat penting untuk;

  • Segera laporkan gejala apapun yang dialami,
  • Lakukan pemeriksaan rutin,
  • Selalu memprioritaskan kesehatan jantung melalui diet dan olahraga,
  • Minum obat, termasuk obat tekanan darah dan kolesterol, sesuai petunjuk dokter.

Penulis : Almarani Anantar Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Healthline.com


TERBARU