> >

Waspada Epidemi Obesitas, Dampak Ekonominya Setara dengan Perang

Kesehatan | 6 Juli 2023, 07:47 WIB
Foto ilustrasi. Muhammad Fajri (27) pria obesitas dengan bobot hampir 300 kg dievakuasi dari RSUD Tangerang ke RSCM Jakarta, Jumat (9/6/2023) malam. Fajri meninggal dunia dalam perawatan di RSCM. (Sumber: Tribunnews)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Kabar tentang orang yang kelebihan berat badan alias obesitas terus menghiasi media di Indonesia. Mereka yang kelebihan berat badan dengan usia produktif terjadi di beberapa daerah. 

Terbaru, Fajri penderita obesitas berbobot tubuh 300 kilogram asal Tangerang,  meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, Kamis (22/6/2023). 

Masih dari Tangerang, pria obesitas berbobot 200 kg bernama Cipto Raharjo harus  dievakuasi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat ke RSUD Kota Tangerang untuk pemeriksaan kesehatan.

Situs Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan "epidemi obesitas" yang dengan cepat menyebar di tengah masyarakat.

"Peringkat tiga penyebab gangguan kesehatan kronis," demikian data Kemenkes menuliskan.

Baca Juga: Bebas Dari Obesitas | NI LUH

Disebutkan pula, pada 2014 dampak ekonomi global akibat obesitas adalah 2 triliun dollar AS per tahun-hampir sama dengan merokok dan perang atau konflik global. 

"Angka ini termasuk biaya kesehatan serta biaya terkait dengan kehilangan produktivitas."

Berdasarkan Survei Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) 2018, obesitas anak juga meningkat, dengan satu dari lima anak usia sekolah dasar dan satu dari tujuh remaja di Indonesia mengalami kelebihan berat badan.

Kemenkes juga menyebutkan faktor obesitas, antara lain faktor genetik. Bila kedua orangtuanya menderita obesitas maka peluang anaknya 40-50 persen.

Kemudian faktor lingkungan, jumlah asupan energi yang berlebih menyebabkan kelebihan berat badan.

Jenis makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (tinggi lemak, gula serta kurang serat) menyebabkan ketidakseimbangan energi. 

Baca Juga: Lagi, Pria Obesitas Dievakuasi Damkar, Bobotnya 200 Kilogram

Juga pola aktivitas fisik yang kurang gerak alias sedentary, bisa menyebabkan energi yang dikeluarkan tidak maksimal sehingga meningkatkan risiko obesitas.   


 

Penulis : Iman Firdaus Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU