Thrifting Impor Kini Dilarang di Indonesia, Ini Makna dan Sejarah Thrifting
Beauty and fashion | 18 Maret 2023, 05:45 WIBJadi, jika ada seseorang yang merasa kelebihan pakaian atau barang lainnya, bisa didonasikan ke tempat tersebut.
Warga kurang mampu di sekeliling selter ini biasanya datang menggunakan gerobak untuk meminta pakaian.
1920-an: Krisis di Amerika
Saat krisis besar-besaran terjadi di Amerika Serikat (AS), banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan/ Jatuhnya saham bursa New York menjadi 'gong' krisis saat itu.
Masyarakat ketika itu bahkan tidak memiliki kemampuan untuk membeli pakaian baru, sehingga mereka memilih alternatif untuk berbelanja di thrift shop.
Sedangkan untuk orang yang berkecukupan, tempat ini dijadikan untuk donasi.
Pada masa ini, thrift store digolongkan sebagai department store atau toko besar yang memiliki banyak jenis barang dari berbagai departemen. Saat itu, Goodwill Industries adalah salah satu thrift shop terbesar di AS yang memiliki stok pakaian dan peralatan rumah tangga.
Baca Juga: Ketahui! Manfaat dan Aturan Soal Thrifting Alias Menghemat dengan Barang Bekas
Kemunculan Buffalo Exchange tahun 1970-an
Buffalo Exchange menjadi thrift shop pertama yang sukses membuka cabang ke-17 di AS. Total cabang yang mereka miliki mencapai 49 gerai.
Di Buffalo Exchange, pelanggan dapat melakukan transaksi seperti trade, beli, ataupun menjual. Jika menjual barangnya, pelanggan akan mendapatkan persenan dari hasil penjualan.
1990-an: Grunge Style
Penyanyi Kurt Cobain memopulerkan style genre grunge saat itu dan menjadi panutan setiap remaja.
Bersama sang istri, Courtney Love, Kurt secara tidak langsung mempromosikan thrifting style dengan gayanya yang identik dengan jeans atau jin robek, kemeja flanel, dan layering yang cukup banyak. Kadang juga menggunakan kaos atau kemeja yang sudah bolong-bolong.
Konsumen pun harus pergi ke toko barang bekas untuk mencari barang-barang seperti itu demi tampil dengan gaya yang saat itu sedang in.
Perlahan, membeli pakaian bekas yang sebelumnya karena faktor ekonomi, tidak punya uang, lambat laun menjadi gaya hidup.
Tahun 2000-an: Gelombang Baru
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh badan statistik, saat ini toko barang bekas adalah bagian dari industri besar yang bernilai hingga puluhan miliar dolar.
Dunia transportasi yang semakin maju, membuat peredaran baju bekas kini tidak hanya di satu negara saja, melainkan antarnegara.
Inilah yang memicu istilah thrifting impor. Namun, bagi sebagian masyarakat Indonesia, thrifting sendiri berarti belanja pakaian bekas impor.
Di Indonesia sendiri, thrifting juga memiliki sejarah panjang. Yang pasti, kegiatan ini sering kali dilakukan bukan hanya karena menghemat, seperti tujuan awal, namun justru sebagai tren dan gaya hidup.
Ada pula faktor lain yang memicu kegiatan ini digemari anak muda Tanah Air hingga menciptakan industri baru, yakni mereka yang menganggap pakaian bekas impor lebih berkualitas, bermerek, dan stylish.
Penulis : Dian Nita Editor : Vyara-Lestari
Sumber : ussfeed/cambridge/kompas.com