Kisah Tengkleng Solo: Kesengsaraan di Masa Lalu, Viral di Masa Kini
Cerita rasa | 9 Desember 2021, 01:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Makanan khas Solo, tengkleng, viral dalam beberapa hari terakhir. Penyebabnya, salah satu Warung Tengkleng Bu Harsi di Jalan Kunir V, Solo Baru, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah dikeluhkan konsumen menaikkan harga secara tidak wajar.
Mulanya, sebuah akun Instagram memuat potongan review di Google terkait tempat kuliner. Di review, banyak pembeli yang mengeluhkan warung tersebut, karena dinilai sangat mahal dan harganya tak masuk akal.
Misalnya, seorang warganet mengaku harus bayar Rp 150.000 untuk dua porsi tengkleng saat ke warung Bu Harsi. Sementara di spanduk yang dipasang luar warung tertulis harga tengkleng porsi kecil Rp 15.000 dan porsi besar seharga Rp 30.000.
Terlepas dari urusan harga yang dipatok tidak wajar, makanan ini pada dasarnya sudah banyak dikenal, khususnya oleh warga Solo.
Baca Juga: Viral Warung Tengkleng Bu Harsi di Solo Patok Harga Mahal, Paguyuban PKL Beri Edukasi
Makanan yang berisi potongan daging, tulang dan jeroan ini, disebut lahir saat Penjajahan Jepang. Heri Priyatmoko sejarawan asal Solo sekaligus Dosen Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma menjelaskan asal muasal sajian tengkleng.
Pada zaman penjajahan Jepang, rakyat Solo hidup sengsara. Bahan pangan yang menipis membuat kaum kecil terpaksa mengolah apapun menjadi sebuah santapan yang mengenyangkan perut. "Tengkleng lahir dari buah kreativitas wong Solo dalam menghadapi situasi yang mencekik, tepatnya masa penjajahan Jepang," jelas Heri Priyatmoko, dikutip dari Kompas.com, Selasa (26/11/2019).
Meski hidup dalam kesengsaraan di masa penjahahan, namun tak menghilangkan kreativitas dalam membuat makanan. Tulang dan jeroan kambing diolah dengan bumbu yang berbeda. Resepnya juga tidak terlampau sulit dicari alias tersedia di pasar tradisional.
Secara umum daftar resepnya adalah kelapa, jahe, kunyit, serai, daun jeruk segar, lengkuas, kayu manis, daun salam, cengkeh kering, bawang putih, bawang merah, garam dapur, kemiri, pala, dan kecap.
Baca Juga: Cobain Dulu Tengkleng Pak Manto Jakarta, Rasa Tetap Sama Dengan Aslinya
Hasilnya? Maknyus. Meski penjajahan sudah berlalu, tengkleng tetap berjaya hingga sekarang dan menyebar ke berbagai kota di tanah air.
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV