Pramono Edhie Wibowo, Jenderal Leopard di Dekat Megawati dan SBY
Opini | 14 Juni 2020, 12:02 WIBOleh: Martian Damanik, Jurnalis peminat isu TNI
Berita duka kembali datang dari keluarga Presiden RI-6 Susilo Bambang Yudhoyono. Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo, yang merupakan adik almarhumah Ani Yudhoyono, meninggal dunia akibat serangan jantung di RSUD Cimacan Jawa Barat. Kepala Staf TNI Angkatan Darat ke-27 periode 2011-2013 itu dimakamkan di TMP Kalibata.
Karir militer Pramono dihabiskan di satuan elite Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat. Satuan Kopassus ini juga tempat Letjen (Purn) Sarwo Edhie Wibowo-- ayahanda Ani Yudhoyono dan Pramono Edhie, bertugas dan sempat memimpin penumpasan Gerakan 30 September 1965.
Baca Juga: Moeldoko Akui Pramono Edhie Sosok Penting di Balik Perjalanan Kariernya
Menariknya, saat berpangkat kolonel, Pramono pernah bertugas sebagai ajudan Presiden RI-5 Megawati Soekarnoputri. Pramono adalah ajudan yang terlihat sering tampil mendampingi Presiden Megawati saat itu. Selain itu ada pula Jenderal (Pol) Budi Gunawan yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Negara.
Saat menjabat sebagai ajudan Presiden Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono--ipar Pramono, masih menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan. Selepas jadi ajudan, karir Pramono melesat mulai menjadi Komandan Jenderal Kopassus, Pangdam III Siliwangi hingga akhirnya dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi KSAD pada tahun 2011.
Pada masa kepemimpinannya, Pramono melakukan langkah modernisasi alat utama sistem persenjataaan (Alutsista) TNI AD. Salah satunya adalah mendatangkan tank kelas berat tipe Leopard 2 untuk memperkuat Batalyon Kavaleri yang ada di satuan Kostrad ataupun Kodam.
Baca Juga: Pemakaman Pramono Edhie Wibowo di TMP Kalibata Jakarta Selatan Pukul 14.00 WIB
Walau mendapat kritik, termasuk dari almarhum Presiden RI-3 BJ Habibie tentang pengadaan Tank Leopard, Pramono tetap menjalankan kebijakannya. Alasannya, alutsista TNI AD sudah sangat ketinggalan dibandingkan dengan negara lain. “Kita kelasnya Bajaj, yang lain Pajero. Bagaimana membangun kedaulatan kalau kita tidak kuat?,” ujar Pramono seperti dikutip dari viva.co.id.
Pengadaan tank Leopard pun dilakukan tanpa melalui rekanan agar harganya semakin murah. Hingga Indonesia akhirnya mampu memiliki 103 tank Leopard yang disebar di lima wilayah, di Batalyon Kavaleri 1 Kostrad Cijantung, Batalyon Kavaleri 8 Kostrad Pasuruan, Pusat Pendidikan Kavaleri Padalarang, Kompi Kavaleri CAMB Sentul dan Kompi Kavaleri Pusat Pertempuran Baturaja.
Baca Juga: TNI AD Kibarkan Bendera Setengah Tiang Hormati Meninggalnya Pramono Edhie
Saat sudah tidak menjabat KSAD pun Pramono tetap ikut memantau pengadaan tank tersebut sebagai bagian dari tanggung jawabnya. Pramono bahkan hadir di Jerman memantau langsung pengiriman tank tersebut. Julukan “Jenderal Leopard” pun diberikan kepadanya. “Salah satu prestasinya adalah memodernisasi alusista TNI AD, julukannya “Jenderal Leopard”,” kata Ruhut Sitompul saat masih aktif jadi politisi Partai Demokrat.
Selamat Jalan “Jenderal Leopard”.
Penulis : Zaki-Amrullah
Sumber : Kompas TV