> >

Nasionalisme dan Pierre Tendean: Menggali Makna Identitas dalam Kebangsaan

Opini | 1 Oktober 2024, 13:38 WIB
Para pahlawan revolusi yang tewas akibat Gerakan 30 September 1965 (G30S). (Sumber: Tribunnews)

Pernyataan ini menggambarkan bahwa nasionalisme tidak ditentukan oleh asal etnis, tetapi oleh sejauh mana seseorang mencintai dan berkontribusi bagi negaranya.

Baca Juga: 28 Agustus Hari Lahir Mayjen Sutoyo, Pahlawan Revolusi yang Tewas di Lubang Buaya

Tendean mengalami penolakan dari sebagian orang yang menganggap latar belakang etnisnya sebagai kelemahan. Namun, ia tetap teguh pada keyakinan bahwa cinta pada tanah airnya lebih besar dari sekadar label etnis. Dalam konteks Indonesia yang multikultural, ini adalah pesan penting bahwa komitmen terhadap tanah air harus lebih diprioritaskan daripada latar belakang etnis seseorang. 

Nasionalisme dalam Konteks Multikulturalisme

Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman etnis, budaya, dan bahasa. Dalam konteks ini, pemahaman tentang nasionalisme perlu disesuaikan agar mencerminkan realitas sosial yang kompleks. Komitmen untuk membela negara tidak bisa diukur dari latar belakang etnis semata, tetapi dari dedikasi dan kontribusi konkret seseorang terhadap masyarakat dan bangsa.

Kisah Pierre Tendean menegaskan bahwa latar belakang etnis bukanlah penghalang untuk menjadi seorang nasionalis sejati. Ini sangat relevan dalam konteks masyarakat Indonesia yang multikultural. Saat menghadapi tantangan global dan perubahan sosial, penting bagi setiap individu untuk memahami bahwa cinta kepada tanah air dapat diwujudkan melalui tindakan konkret dan kontribusi nyata. 

Dalam era modern, di mana informasi dan komunikasi bergerak cepat, identitas nasional dapat diartikulasikan melalui berbagai cara yang melampaui batasan fisik dan etnis. Semangat nasionalisme dapat diekspresikan melalui partisipasi aktif dalam masyarakat, serta melalui pencapaian individu di bidang pendidikan, seni, dan olahraga.

Harapan Masa Depan: Mengembangkan Rasa Nasionalisme yang Kuat

Kisah Pierre Tendean menunjukkan bahwa nasionalisme sejati tidak terkait dengan latar belakang etnis. Namun, dalam konteks Indonesia yang kaya akan keragaman, penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung rasa kebangsaan di antara semua lapisan masyarakat. Ini termasuk mendukung pendidikan yang menanamkan nilai-nilai nasionalisme, memperkuat rasa saling menghormati antar etnis, dan merayakan keragaman sebagai kekuatan.

Baca Juga: Jejak dan Harapan Garuda Muda (II): Nasionalisme si Kulit Bundar di Awal Kemerdekaan

Pendidikan adalah kunci dalam membangun rasa nasionalisme yang kuat. Kurikulum yang mengedepankan pemahaman tentang keberagaman budaya dan etnis, serta pentingnya toleransi dan saling menghormati, harus diperkuat. Dengan demikian, generasi muda dapat tumbuh dengan kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam keberagaman.

Lebih jauh lagi, masyarakat Indonesia harus berupaya untuk menciptakan ruang bagi dialog antarbudaya. Melalui komunikasi dan kolaborasi antar etnis, kita dapat membangun jembatan pengertian yang akan memperkuat ikatan nasional. Mengadakan festival budaya yang merayakan keragaman etnis dan tradisi dapat menjadi salah satu cara untuk memperkuat rasa kebangsaan di tengah keberagaman.

Nasionalisme adalah konsep yang kompleks dan beragam, yang terus berkembang seiring perubahan zaman. Kisah Pierre Tendean mengingatkan kita bahwa semangat kebangsaan harus diutamakan di atas segala perbedaan. Rasa nasionalisme harus diimbangi dengan komunikasi yang harmonis dan saling menghormati, serta menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang kuat dan bersatu di tengah keberagaman yang ada.

Penulis : Redaksi Kompas TV Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU