> >

Nasionalisme dan Pierre Tendean: Menggali Makna Identitas dalam Kebangsaan

Opini | 1 Oktober 2024, 13:38 WIB
Para pahlawan revolusi yang tewas akibat Gerakan 30 September 1965 (G30S). (Sumber: Tribunnews)

Oleh: Abie Besman
Jurnalis Senior Kompas TV - Fulbright Visiting Scholar Texas Tech University


Dalam beberapa tahun terakhir, isu mengenai nasionalisme semakin menarik perhatian, terutama dalam konteks identitas etnis dan kontribusi individu terhadap bangsa. Di tengah globalisasi yang cepat dan meningkatnya interaksi antarbudaya, pemahaman kita tentang nasionalisme perlu dieksplorasi lebih dalam.

Salah satu sosok yang menjadi contoh penting dalam diskusi ini adalah Pierre Tendean, seorang pahlawan revolusi yang meninggal dalam Gerakan 30 September 1965. Kisah hidupnya memberikan perspektif yang berharga tentang bagaimana nasionalisme dan identitas dapat berinteraksi, serta apa artinya menjadi seorang warga negara yang berkomitmen pada tanah air.

Apa Itu Nasionalisme?

Nasionalisme sering dipahami sebagai rasa cinta dan pengabdian seseorang terhadap bangsa dan negara. Menurut Benedict Anderson dalam bukunya Imagined Communities, nasionalisme adalah konstruksi sosial yang membentuk kesadaran kolektif sebagai sebuah bangsa. Anderson berpendapat bahwa sebuah bangsa adalah "komunitas yang dibayangkan" di mana individu merasa terhubung meskipun tidak saling mengenal secara pribadi. Dalam konteks ini, nasionalisme bukan hanya tentang batasan fisik, tetapi juga tentang ikatan emosional yang terjalin antara individu dengan negara.

Eric Hobsbawm, dalam Nations and Nationalism Since 1780, mengaitkan nasionalisme dengan modernisasi dan industrialisasi, yang menciptakan identitas kolektif baru di tengah perubahan sosial dan ekonomi. Di banyak negara, termasuk Indonesia, nasionalisme sering kali menjadi bagian integral dari identitas tim nasional, di mana keberhasilan dalam olahraga dapat menjadi sumber kebanggaan nasional. Namun, pemahaman tentang nasionalisme tidak dapat dipisahkan dari tantangan dan kompleksitas yang dihadapi dalam konteks global saat ini.

Evolusi Nasionalisme dalam Era Digital

Dalam era digital dan globalisasi, pemahaman kita tentang nasionalisme juga harus beradaptasi. Konsep Nasionalisme 4.0 mulai muncul, di mana identitas nasional kini dibentuk oleh teknologi informasi dan komunikasi, tidak lagi terbatas pada batas geografis atau etnis. Keterhubungan digital dan interaksi global berkontribusi pada pembentukan identitas nasional yang lebih inklusif. 

Sebagai contoh, di dunia olahraga, pemain yang berasal dari berbagai latar belakang etnis dan budaya dapat menjadi simbol kebanggaan nasional, terlepas dari asal usul mereka. Ini menunjukkan bahwa nasionalisme dapat diekspresikan bukan hanya melalui status kewarganegaraan formal, tetapi juga melalui peran dan kontribusi individu dalam menciptakan semangat nasional.

Pierre Tendean: Simbol Nasionalisme di Tengah Identitas Etnis

Untuk memahami bagaimana nasionalisme dan identitas etnis dapat hidup berdampingan, kita dapat melihat contoh Pierre Tendean. Tendean adalah pahlawan nasional yang, meskipun memiliki latar belakang etnis campuran—ayahnya adalah orang Indonesia dan ibunya berasal dari keturunan Prancis, Maria Elizabeth Cornet—tetap menunjukkan nasionalisme yang luar biasa. 

Kisah hidup Tendean memberi kita pelajaran berharga tentang makna sejati dari nasionalisme. Dalam buku Sang Patriot, Tendean menjawab ejekan teman-temannya yang meragukan nasionalismenya dengan tegas: "Mungkin rasa nasionalisme saya jauh lebih besar daripada kalian yang mengaku sebagai pribumi."

Penulis : Redaksi Kompas TV Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU