Obituari: Mengenang Syamsul Bahrie, Kameramen Senior KOMPAS TV yang Baik Hati
Catatan jurnalis | 29 November 2021, 16:20 WIBOleh Abdul Rosyid, Superintendent News Gathering KOMPASTV
"Assalaamu'alaikum Bang Ocid, Syamsul telah wafat. Mohon doanya." Begitu bunyi pesan singkat Marina, istri Syamsul Bahrie, kawan baik saya. Cenderung datar, tapi ada ketegasan untuk memastikan isi pesan tersampaikan langsung.
Dan memang langsung "sampai". Dada saya bergemuruh. Kelopak mata berkedut seperti hendak memuntahkan semua rasa. Konsentrasi pecah. Saya memang tengah di belakang panggung, hendak menuju stage, untuk memainkan beberapa lagu punk rock dan hard core di sebuah gigs kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, Minggu (29/11/2021) malam.
Tanpa dikontrol, isi kepala melayang ke berbagai momen. Yang serius banyak, apalagi yang bercanda. Bahkan pertengkaran pun ada. Tapi sehat, karena masing-masing menyadari tujuan dari kesetiaan bergaul di antara kami.
Biasanya, judulnya ngopi. Bisa di rumah saya, rumah almarhum, atawa warung kopi yang searah perjalanan kami pulang kerja dari Palmerah. Kebetulan rumah kami berdekatan di kawasan Ciledug.
Bang Acul, saya biasa memanggil begitu, selalu tertarik dengan gagasan bagaimana membuat paket liputan yang baik. Dia percaya di balik karya bagus, ada pribadi yang punya prinsip bekerja yang baik.
Dari situ dia acapkali mengungkapkan kegusarannya tentang wartawan yang bekerja pas bandrol. Cuma menghabiskan jam kerja, tanpa berpikir untuk membuat sebuah karya yang nendang dan berpengaruh.
Baca Juga: Kompas TV Berduka, Jurnalis Syamsul Bahrie Tutup Usia
Ada kalanya ngopi kami dihadiri pihak ketiga, keempat, atau lebih. Entah reporter atau kameraman. Nah, di sini Bang Acul suka menyempilkan gagasan-gagasannya dalam obrolan bersama.
Sebenarnya Bang Acul bukan orang yang banyak omong. Sebaliknya cenderung diam. Tapi, setiap berbicara, almarhum tidak "katanya-katanya". Dia menceritakan pengalamannya sendiri. Terasa wajar dan mengena.
Tangannya ringan. Hayok aja saban ada teman butuh bantuan. Bukan gampangan juga, tapinya. Apalagi kalau ada urusan yang menyangkut keluarga dan ibunda. Almarhum tentu memprioritaskan itu.
Bang Acul memulai karier di KOMPASTV, sepuluh tahun silam sebagai kameraman. Kualitas gambar bikinannya bagus. Masuk hitungan para produser. Bahkan beberapa hasil karyanya menang di sejumlah festival jurnalistik.
Tak cuma kamera, dia mahir menggunakan drone alias kamera terbang. Makanya dia selalu dipercaya buat mengendalikan drone saat program khusus, seperti arus mudik.
Sepuluh hari silam, kalau tidak salah, ada kabar dia masuk rumah sakit. Dadanya sesak. Kemungkinan long covid, begitu almarhum mencoba menceritakan gejala yang dialami, saat saya menghubunginya. Tetap dengan gayanya: cengar cengir dan tak ingin lawan bicara khawatir. Malahan masih tetap mengajak ngopi lagi.
Baca Juga: Jurnalis Kompas TV, Davi Abdullah Raih Penghargaan di FFI 2021
Waktu berjalan, hari demi hari, berikut perkembangan laporan kesehatan almarhum dari istri tercintanya. Kemarin pagi, Marina kembali melaporkan bahwa Bang Acul dirujuk ke RSUD Persahabatan. Jujur, hati kecil menduga ada sesuatu. Cuma saya berdoa saja semoga itu yang terbaik demi kesembuhannya.
Sampai kemudian pesan singkat, padat, dan langsung itu tiba, semalam. Bang Acul meninggal pada usia 37 tahun,meninggalkan 1 istri dan 1 anak.
Daniel, vokalis grup band saya yang juga kenal, spontan menyampaikan rasa duka untuk almarhum. Dan turut mengajak penonton berdoa seraya menyampaikan persembahan sebuah lagu untuknya. "For my family, for my friend... "
Baik-baik Bang Acul yang baik... .
Ciledug, 29 November 2021
Penulis : Zaki Amrullah Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV