Euro 2020: Teladan Patriotisme Southgate
Opini | 10 Juli 2021, 22:50 WIBTapi di balik perilaku yang sopan itu terdapat pribadi yang teguh.
Misalnya, Southgate tak bergeming dari kritik para pengamat dan penggemar Inggris bahwa formasinya terlalu defensif.
Dia juga tak takut menghadapi kontroversi politik.
Dengan tegas dia mengatakan bahwa timnya akan berlutut sebelum setiap pertandingan sebagai dukungan terhadap Gerakan Black Lives Matter meskipun sikap itu dicemooh sebagian pendukung timnas maupun para politisi nasional.
Perang Budaya
Seperti di banyak negara Barat, Inggris sedang dilanda kultuurkampf, atau perang identitas budaya, yang secara garis besar menghadapkan golongan konservatif dan golongan progresif
Mereka yang setuju dengan BlackLivesMatter berpendapat gerakan itu adalah bentuk solidaritas atas diskriminasi rasial dan ketidakadilan.
Sementara yang anti mengatakan BlackLivesMatter merupakan gerakan politik Marxis yang bertujuan menggoyahkan sendi kebangsaan Inggris dengan menggugat borok sejarah masa lalunya.
BlackLivesMatter adalah perwujudan dari perang budaya yang juga tercermin dalam referendum Brexit yang berujung pada keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
Antiasing
Efek samping dari Brexit, paling tidak menurut golongan yang pro Uni Eropa, adalah mencuatnya xenophobia di kalangan masyarakat Inggris.
Setelah Referendum Brexit 2016, muncul berbagai berita tentang meningkatnya sentimen permusuhan terhadap orang asing.
Sikap antiasing itu juga merembet ke sepak bola.
Setelah kemenangan Inggris melawan Denmark Rabu lalu, ada beberapa kejadian pemukulan dan intimidasi terhadap pendukung Denmark.
Ternyata di tengah eforia keberhasilan Inggris masuk final, masih ada indikasi bahwa hooliganisme sepak bola Inggris belum hilang.
Fakta bahwa pendukung Inggris suka ribut untuk hiburan punya sejarah panjang. Buktinya tak perlu dicari jauh-jauh.
Pada Euro 2016 di Prancis, para pendukung Inggris berbuat onar di Marseille.
Bila Inggris menjadi juara Euro 2020, seharusnya keadaan akan aman dan damai.
Bayangan saya akan ada pawai keliling kota London, pemerintah akan menetapkan libur nasional, dan setahun kemudian Gareth Southgate akan mendapat gelar “Sir”.
Tapi bagaimana kalau Inggris kalah?
Kekuatiran saya adalah keributan Euro ‘96 akan terulang.
Ketika Inggris dikalahkan Jerman lewat adu penalti di semifinal, ratusan pendukungnya melakukan perusakan di sekitar Trafalgar Square.
Penulis : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV