> >

Kerusuhan Usai Kematian George Floyd Bisa Picu Gelombang Baru Virus Corona

Kompas dunia | 31 Mei 2020, 18:33 WIB
Kericuhan disertai pembakaran terjadi saat aksi demo menentang kematian George Floyd di dekat sebuah kantor polisi di Minneapolis, AS, Kamis malam (28/5/2020). Aksi protes itu buntut dari kasus pembunuhan George Floyd, pria kulit hitam yang tewas usai lehernya ditahan dengan lutut oleh polisi selama beberapa menit. Floyd sebelumnya ditahan karena dugaan pemakaian uang palsu. (Sumber: AFP/KEREM YUCEL)

Baca Juga: Demo Kecam Kematian George Floyd Berujung Rusuh, Massa Rusak Kantor CNN

Corona di AS

AS telah terpukul paling parah oleh wabah virus corona, dengan lebih dari 1,7 juta kasus dan lebih dari 103.000 angka kematian, berdasarkan penghitungan Universitas Johns Hopkins.

Di New York, di mana lebih dari 21.000 orang tewas selama pandemi, sekelompok besar orang di Brooklyn melemparkan botol-botol air ke petugas dan membakar sebuah mobil polisi pada Jumat di luar Barclays Center.

Petugas polisi membersihkan kerumunan dengan menyemprotkan cairan kimia yang membuat mata sakit.

Gubernur Minnesota Tim Walz mengatakan bahwa setelah satu malam kerusuhan di Minneapolis banyak demonstran yang mengenakan masker hanya berusaha untuk menyembunyikan identitas diri mereka.

Mereka itu hanya menyebabkan kebingungan dan mengambil keuntungan dari peristiwa itu.

“Saya akan terus menekankan karena rasanya hal ini sudah berulang kali dikatakan, kita masih berada di tengah pandemi dan melewati 1.000 kematian kemarin. Kami masih memiliki rumah sakit yang hampir dikuasai oleh pasien Covid-19,” katanya.

Sementara itu, Wali kota Minneapolis Jacob Frey menyuarakan keprihatinannya. "Kami memiliki dua krisis (corona dan kasus pembunuhan ras kulit hitam) yang diapit satu sama lain," ungkapnya.

Komisaris kesehatan negara telah memperingatkan beberapa hari sebelumnya bahwa protes besar-besaran hampir pasti akan memicu kasus baru infeksi virus corona.

Minnesota melaporkan 35 angka kematian pada Kamis, tertinggi dalam satu hari sejak awal wabah, dan 29 lainnya pada Jumat.

Tapi itu bukan hanya pengunjuk rasa yang berisiko, petugas tanpa masker wajah yang berdiri dalam jangkauan lengan dari demonstran yang berteriak juga berisiko terpapar.

Baca Juga: Ucapkan Belasungkawa, Donald Trump: Keluarga George Floyd Berhak Atas Keadilan

Di Atlanta, Kepala Polisi Erika Shields mengarungi kerumunan tanpa masker pada Jumat lalu sembari mendengarkan orang-orang yang frustrasi.

Ketika para pejabat Los Angeles mengumumkan pada awal minggu bahwa kota itu sedang bersantai dengan perintah agar tetap berada di rumah dan mulai membuka kembali toko-toko, mereka mengatakan demo protes politik dapat dilanjutkan kembali tetapi dengan batas 100 orang.

Diketahui sebelumnya bahwa beberapa ratus orang hadir untuk protes yang diselenggarakan oleh Black Lives Matter, Los Angeles, dan kemudian menutup jalan bebas hambatan. Kebanyakan mengenakan masker wajah tetapi banyak yang tidak mengamati zona batasan.

Direktur Kesehatan Masyarakat Kabupaten Los Angeles, Barbara Ferrer mengatakan pada Jumat bahwa ini merupakan keprihatinan yang berkelanjutan.

"Tunjukkan rasa hormat satu sama lain dengan mengenakan masker sehingga tetesan pernapasan Anda tidak secara tidak sengaja masuk ke mulut, hidung, atau mata orang lain," kata Ferrer.

Baca Juga: Kemarahan Warga Soal Kematian George Floyd Kian Meluas!

Penulis : fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU