Sidang Awal Duterte Digelar, Kuasa Hukum Tuduh Penangkapan Dilatari Balas Dendam Politik
Kompas dunia | 15 Maret 2025, 06:45 WIBDEN HAAG, KOMPAS.TV - Mantan presiden Filipina, Rodrigo Duterte ditampilkan secara virtual dalam sidang awal di Mahkamah Pidana Internasional (ICC), Den Haag, Belanda, Jumat (14/3/2025).
Majelis hakim membolehkan Duterte hadir melalui konferensi video dengan alasan ayah Wapres Filipina itu baru saja melalui penerbangan jauh.
Duterte mengikuti sidang dari ruang tahanan yang terletak sekitar 1,5km dari ruang pengadilan.
Presiden Filipina dua periode itu disidang atas tuduhan pembunuhan selama perang narkoba yang terjadi selama masa jabatannya.
Baca Juga: Polisi Filipina Ungkap Alotnya Penangkapan Mantan Presiden Duterte, Anggota Sempat Dipukul Ponsel
Kuasa hukum Duterte, Salvador Medialdea menggunakan sidang awal ini untuk mengecam penangkapan mantan presiden.
Medialdea menyebut penangkapan Duterte "jelas-jelas penculikan.
"(Duterte) dihalangi dari bantuan hukum di negara asalnya dan ini semua hanyalaha balas dendam politik," kata Medialdea dikutip Associated Press.
Rodrigo Duterte ditangkap usai aliansi politik keluarganya dengan presiden saat ini, Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr. runtuh.
Sebelum penangkapan Duterte, anaknya yang menjabat sebagai wakil presiden dimakzulkan parlemen.
Keluarga dan pendukung Duterte menuduh penangkapan ini bermotif politik.
Namun, Presiden Filipina Bongbong Marcos menegaskan, pihaknya sebatas memenuhi ketentuan Interpol yang mengeksekusi surat perintah penangkapan ICC.
Wapres Filipina, Sara Duterte menyusul ke Den Haag dan menemui ayahnya di fasilitas penahanan.
Sara Duterte kemudian menemui pendukung Duterte yang berdemonstrasi di luar gedung pengadilan pada Jumat (14/3).
Saat menemui pendukung Duterte, Wapres Filipina kembali menyatakan penangkapan ayahnya politis. Sara mengatakan ayahnya dalam kondisi sehat saat ditemui.
"Akan ada hari pembalasan bagi semua," kata Sara Duterte.
Hakim Ketua ICC, Iulia Antoanella Motoc telah menjadwalkan sidang praperadilan Duterte pada 23 September 2025.
Apabila bukti jaksa dinilai cukup, pengadilan Duterte dapat memakan waktu bertahun-tahun.
Rodrigo Duterte dituduh bertanggung jawab atas jatuhnya ribuan korban selama perang narkoba.
Menurut data kepolisian Filipina, korban perang narkoba mencapai 6.000 terbunuh.
Namun, menurut perkiraan lembaga-lembaga hak asasi manusia, jumlah korban mencapai 30.000 orang.
Baca Juga: Presiden Filipina Bantah Penangkapan Rodrigo Duterte Politis: Pemerintah Hanya Jalankan Tugas
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Deni-Muliya
Sumber : Kompas TV