> >

Israel Serang Rumah Sakit Indonesia di Gaza dengan Robot Peledak

Kompas dunia | 26 Desember 2024, 00:05 WIB
Arsip. Setidaknya 2.600 orang, termasuk pasien, warga sipil yang mengungsi, dan staf medis, hari Selasa malam (21/11/2023) masih bertahan di dalam Rumah Sakit Indonesia di utara Jalur Gaza yang dikepung pasukan Israel. (Sumber: Anadolu)

GAZA, KOMPAS.TV — Israel menggunakan robot pembawa bahan peledak untuk menyerang rumah sakit di Gaza utara. Rumah Sakit Kamal Adwan dan Rumah Sakit Indonesia dilaporkan menjadi sasaran serangan.

Serangan tersebut menyebabkan kerusakan parah, korban luka, serta situasi yang semakin tidak manusiawi bagi pasien dan tenaga medis.

Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Dr. Hossam Abu Safiyeh, menggambarkan situasi itu sebagai "mengerikan". 

"Sejak Selasa, robot-robot itu mendekati rumah sakit, membawa kotak berisi bahan peledak yang diledakkan beberapa jam kemudian. Ledakan ini menyebabkan kepanikan, ketakutan, serta kerusakan besar pada fasilitas rumah sakit," ujarnya, dikutip dari The National, Rabu (25/12/2024).

Ledakan yang terjadi telah melukai sedikitnya 20 orang, termasuk lima staf medis. Kerusakan yang ditimbulkan mencakup penghancuran pintu, jendela, serta generator listrik rumah sakit.

Kehancuran tangki air di atap rumah sakit juga menambah parah krisis dengan memutus pasokan air bersih.

Sebanyak 65 pasien terluka yang masih berada di dalam rumah sakit kini membutuhkan perhatian medis segera. 

Namun, kondisi tanpa listrik, air, dan ancaman serangan drone membuat upaya penyelamatan semakin sulit. 

Baca Juga: Perayaan Natal di Gaza: Tak Ada Sinterklas, Tak Ada Hadiah, Hanya Bom

“Kami menyerukan dibentuknya koridor aman untuk membawa pasokan penting dan bantuan guna melindungi petugas kesehatan dan sistem perawatan kesehatan dari penargetan dan serangan langsung,” tegas Dr. Abu Safiyeh.

Krisis di Rumah Sakit Indonesia

Rumah Sakit Indonesia menghadapi nasib serupa. Seorang perawat yang enggan disebutkan namanya menceritakan bagaimana militer Israel mengepung fasilitas tersebut pada Selasa pagi dengan serangan udara intensif. 

Semua pasien dan tenaga medis juga diperintahkan meninggalkan rumah sakit.

“Pasukan Israel tidak menyediakan sarana apa pun untuk mengangkut korban luka, sehingga mereka harus berjalan jauh di tengah udara dingin yang menusuk. Beberapa di antaranya digendong di bahu karena mereka tidak bisa berjalan,” ujarnya.

Kekurangan air, makanan, dan obat-obatan selama pengepungan membuat kondisi di rumah sakit tersebut semakin mengkhawatirkan. 

“Selama pengepungan di Rumah Sakit Indonesia, kami mengalami kondisi yang sangat buruk, kekurangan air, makanan, dan obat-obatan. Tidak ada kebutuhan dasar untuk bertahan hidup," tambahnya.

Selain itu, perawat tersebut menceritakan perasaannya yang terperangkap oleh ancaman kematian, mirip dengan deskripsi Dr. Safiyeh di Rumah Sakit Kamal Adwan.

"Mereka yang mencoba meninggalkan rumah sakit ditembaki oleh pesawat tanpa awak Israel yang terus-menerus terbang di atas rumah sakit dari segala arah," ungkapnya.

Baca Juga: Utusan Vatikan Pimpin Misa di Gaza Jelang Natal: Perang Akan Usai dan Kita Akan Membangun Kembali

Rumah Sakit Al Awda juga menjadi target. Lantai tiga bangunan tersebut dibom, menyebabkan kerusakan dan korban luka. 

Serangan menggunakan robot penghancur di sekitar rumah sakit menghancurkan rumah-rumah di sekitarnya dan menyebarkan ketakutan.

Moumen Abu Hazaa, salah satu korban yang terjebak bersama saudaranya, menggambarkan situasi itu sebagai "bencana". 

“Kami hidup dalam kondisi yang sangat buruk di rumah sakit, menanggung pengeboman setiap hari dengan berbagai cara. Pendudukan sengaja menargetkan setiap objek bergerak di dekat pintu masuk rumah sakit, meninggalkan banyak korban dan mayat tergeletak di jalan,” katanya.

“Tadi malam, pendudukan meledakkan beberapa robot yang ditanam di sekitar rumah sakit, menghancurkan puluhan rumah, merusak bagian-bagian rumah sakit, dan menyebarkan kepanikan di antara pasien, perawat, dan staf medis," ceritanya.

Kondisi serupa terjadi di Tepi Barat. Serangan Israel di Tulkarm dan Nablus pada malam Natal mengakibatkan delapan korban tewas, termasuk dua perempuan. 

Penduduk kamp pengungsi Tulkarm menghadapi pemadaman listrik dan air sejak serangan dimulai.

“Terjadi kerusakan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada infrastruktur dan rumah-rumah di mana banyak yang telah diledakkan – termasuk rumah-rumah milik keluarga para martir," kata Ketua Serikat Dokter, Dr. Radwan Balibla. 

Baca Juga: Kekerasan Israel di Gaza Berlangsung Intens, PBB Ungkap Pengiriman Bantuan Hampir Mustahil

 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Vyara-Lestari

Sumber : The National


TERBARU