> >

Bethlehem Bersiap Rayakan Natal, Kirim Doa dan Harapan Perdamaian di Palestina

Kompas dunia | 24 Desember 2024, 20:28 WIB
Para biarawati berjalan di sepanjang Gereja Kelahiran, yang secara tradisional diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus, pada Malam Natal, di kota Betlehem, Tepi Barat, Selasa, 24 Desember 2024. (Sumber: AP Photo/Matias Delacroix)

Hal ini mengakibatkan penurunan tajam dalam pendapatan kota yang selama ini sangat bergantung pada musim Natal untuk mendongkrak perekonomian.

Lebih lanjut, Wali Kota Salman menyatakan, angka pengangguran di Bethlehem kini mencapai sekitar 50 persen, jauh lebih tinggi daripada rata-rata pengangguran di Tepi Barat yang berada pada angka 30 persen. 

Perekonomian kota yang sempat terpuruk selama pandemi kini terperosok lebih dalam akibat konflik yang berkepanjangan.

Bethlehem, meskipun menjadi pusat penting dalam sejarah agama Kristen, memiliki jumlah umat Kristen yang relatif kecil di antara penduduk Palestina. 

Dari sekitar 14 juta orang yang tinggal di Tanah Suci, hanya sekitar 182.000 yang beragama Kristen di Israel, sekitar 50.000 di Tepi Barat dan Yerusalem, serta 1.300 di Gaza. 

Baca Juga: Utusan Vatikan Pimpin Misa di Gaza Jelang Natal: Perang Akan Usai dan Kita Akan Membangun Kembali

Meski demikian, kota ini tetap menjadi simbol besar bagi umat Kristiani di seluruh dunia, yang datang berziarah ke tempat kelahiran Yesus setiap tahunnya.

Namun, dampak dari perang yang melanda Gaza tidak hanya dirasakan oleh kota ini, tetapi juga oleh wilayah sekitarnya. 

Salah satu efek yang paling jelas adalah penurunan drastis jumlah wisatawan yang datang ke Bethlehem dan kawasan suci lainnya.

Sementara itu, kerusuhan yang terus berlangsung di Tepi Barat juga memperburuk situasi.

Dengan lebih dari 800 warga Palestina tewas akibat tembakan pasukan Israel, dan puluhan warga Israel tewas dalam serangan-serangan yang dilakukan oleh kelompok militan Palestina.

Sejak serangan pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang, akses ke dan dari Bethlehem dan kota-kota Palestina lainnya telah dibatasi. 

Pos-pos pemeriksaan militer Israel menyebabkan antrean panjang kendaraan yang ingin melewati batas.

Pembatasan ini juga memengaruhi sekitar 150.000 warga Palestina yang biasanya bekerja di Israel, dengan pembatasan perjalanan yang menyebabkan ekonomi Bethlehem dan wilayah sekitarnya mengalami kontraksi sebesar 25 persen.

Di Gaza, lebih dari 45.000 warga Palestina tewas akibat perang, dengan sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. 

Sementara itu, sekitar 90 persen dari dua juta penduduk Gaza telah mengungsi akibat serangan udara Israel yang terus-menerus. 

Baca Juga: Menteri Israel Blak-blakan Ingin Rampas Tanah Gaza dan Tepi Barat, Sebut Balasan untuk Hamas

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Deni-Muliya

Sumber : Associated Press


TERBARU