Tentara Korea Utara yang Bantu Rusia Tak Boleh Diremehkan, Para Pembelot Ini Ungkap Alasannya
Kompas dunia | 20 Desember 2024, 15:07 WIBSEOUL, KOMPAS.TV - Para tentara Korea Utara yang membantu Rusia ternyata tak boleh diremehkan begitu saja.
Sebelumnya Korea Utara dilaporkan mengirim sekitar 11.000 tentara untuk membantu Rusia merebut kembali Kursk, yang diduduki pasukan Ukraina.
Pada awal pekan ini, baik Amerika Serikat (AS) dan Ukraina mengungkapkan para tentara Korea Utara sudah masuk ke Kursk dan bertempur dengan jumlah yang signifikan.
Baca Juga: Putin Ungkap Seharusnya Rusia Invasi Ukraina Lebih Cepat, tapi Siap Bicara dengan Trump
Mereka juga melaporkan adanya korban jiwa, dengan pejabat Korea Utara memperkirakan lebih dari 100 tentara Korea Utara tewas terbunuh dan lebih banyak yang cedera.
Meski begitu, jumlah tersebut tak pernah dikonfirmasikan secara independen.
Mereka lebih banyak disorot karena disebut tak mengenal medan pertempuran, dan minim pengalaman.
Namun, para pembelot ini dan juga ahli militer lainnya menegaskan tentara Korea Utara yang dikirim untuk bantu Rusia tak boleh diremehkan.
Menurut intelijen Korea Selatan, kebanyakan dari tentara Korea Utara yang dikirim berasal dari pasukan khusus, KorpS Badai, dan memiliki moral yang tinggi.
Namun, menurut mereka, unit tersebut kurang dalam mengerti peperangan kontemporer.
Pemelot Korea Utara Lee Hyun-seung, yang pernah berlatih dengan pasukan khusus Korea Utara pada awal 2000-an, mengungkapkan hanya pria yang tinggi dan atletik yang dipilih untuk Korps Badai.
Dikutip dari BBC Internasional, Jumat (20/12/2024), Lee Hyun-seung mengungkapkan mereka diajari bela diri, bagaimana melempar pisau, dan membuat senjata dari alat makan dan peralatan dapur lainnya.
Pembelot lainnya, yang juga mantan tentara Korea Utara, Ryu Seonghun, menegaskan tiga tahun perdana di militer begitu keras, bahkan bagi pasukan khusus.
Pria 28 tahun yang membelot pada 28 tahun itu bekerja sebagai pengemudi untuk angkatan udara selama tujuh tahun.
Ia mengatakan selama bertugas, kondisi kesejahteraan terus menurun, dan nasi mulai hilang dari makanan mereka.
“Para petugas telah dikirtim ke pegunungan selama beberapa hari dengan jumlah besar yang sedikit, dan dikatakan itu merupakan bagian dari latihan bertahan hidup,” ujarnya.
Mengingat para tentara Korea Utara biasa berlatih bertempur di pengunungan semenanjung Korea, Ryu mempertanyakan seberapa baik mereka bisa beradaptasi dalam pertempuran di tanah datar dan di parit Kursk.
Menurut Tyu, Korps Badai sendiri sebenarnya bukan unit untuk garis depan.
“Misi mereka adalah memasuki garis musuh, dan menciptakan kekacauan di dalam wilayah lawan,” ujarnya.
Namun ia menambahkan Kim Jong-un tak memiliki alternatif selain mengirim pasukan khususnya.
Sebab kebanyakan tentara reguler menghabiskan waktunya untuk bertani, membangun dan memotong kayu.
“Kim Jong-un harus mengirim orangnya untuk menunjukkan setidaknya di level tertentu kemampuan perang, untuk menghindari kerusakan reputasi Korea Utara di Rusia,” ucapnya.
Ryu sendiri menegaskan para tentara Korea Utara juga akan lebih memilih untuk tetap pergi membantu Rusia, meski jika mereka memiliki pilihan.
Pihak yang ambisi akan melihatnya sebagai kesempatan meningkatkan karir mereka.
Selain itu, mereka juga ingin merasakan hidup di luar negeri untuk pertama kalinya.
“Saya pikir mereka lebih ingin bertempur ketimbang tentara Rusia sendiri,” ucapnya.
Tyu juga mengakui jika ia berada dalam situasi para tentara Korea Utara itu, ia juga pasti ingin agar dikirim.
Baca Juga: Tentara Korea Utara Mulai Bikin Ukraina Khawatir, Diyakini Sudah Beradaptasi dengan Medan Perang
Eks Komandan Pasukan Khusus Korea Selatan Chun In-bim, sepakat bahwa tentara Korea Utara tersebut tak boleh diremehkan.
“Hanya karena mereka kekurangan makanan dan latihan, bukan berarti mereka tak memiliki kemampuan,” ucapnya.
“Mereka akan cepat menyesuaikan diri. Kami tak boleh meremehkan mereka,” ucap Chun In-bim.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : BBC Internasional