> >

Reaksi Presiden Filipina Marcos Jr usai Diancam Dibunuh Wapres Sara Duterte: Saya Akan Melawannya

Kompas dunia | 25 November 2024, 18:42 WIB
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. (Sumber: AP Photo/Aaron Favila, File)

MANILA, KOMPAS.TV - Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr akhirnya bereaksi usai diancam dibunuh oleh Wakil Presiden Sara Duterte menggunakan pembunuh bayaran.

Sosok yang akrab disapa Bongbong Marcos itu menggambarkan ancaman Sara Duterte sebagai plot kejahatan, dan menjanjikan perlawanan sengit, Senin (25/11/2024).

Pernyataan Presiden Marcos tersebut semakin memperparah perpecahan antara kepemimpinan tertinggi Filipina.

Baca Juga: Wapres Filipina Sara Duterte Ancam Bakal Bunuh Presiden Marcos Jr, Ini Respons Pemerintah

Pada Sabtu (23/11), Sara Duterte mengungkapkan ia telah telah menyewa pembunuh untuk menghabisi Presiden Marcos, istrinya, dan pemimpin DPR Filipina.

Ia menegaskan hal itu akan terjadi jika dirinya terbunuh, dan menegaskan bahwa ancaman tersebut bukan candaan.

Kepolisian Nasional Filipina dan militer secepatnya meningkatkan keamanan dari Presiden Marcos.

Departemen Kehakiman Filipina juga akan menggali keterangan Wapres Sara Duterte untuk penyelidikan.

Dewan Keamanan Nasional mengatakan telah menganggap ancaman tersebut sebagai kekhawatiran keamanan nasional.

“Plot kejahatan tersebut tak boleh dibiarkan. Saya akan melawannya,” ujar Presiden Marcos tanpa mengungkap nama Sara Duterte dikutip dari Associated Press.

“Sebagai negara demokratik, kami harus menjunjung hukum,” tambah sang presiden.

Sara Duterte sendiri kemudian menarik ucapannya, dan mengatakan bahwa hal itu bukan ancaman sebenarnya.

Menurutnya, ancaman itu adalah ungkapan kekhawatiran atas keamanannya sendiri terhadap sebuah ancaman yang tak jelas.

“Kenapa saya harus membunuhnya jika bukan karena dendam dari dalam kubur? Tak ada alasan bagi saya membunuhnya. Apa untungnya bagi saya?” katanya.

Ferdinand Marcos Jr maju bersama Sara Duterte sebagai wakilnya pada pemilihan presiden 2022.

Di Filipina sendiri, posisi presiden dan wakil presiden dipilih secara terpisah.

Namun, kerja sama keduanya yang berasal dari keluarga eks penguasa Filipina akhirnya pecah. Termasuk di antaranya pendekatan terhadap agresivitas China dalam mengeklaim Laut China Selatan.

Duterte memutuskan mundur dari kabinet Marcos pada Juni lalu sebagai Menteri Pendidikan dan Kepala Badan Anti-Pemberontakan.

Wakil Menteri Kehakiman Jesse Andres mengatakan Duterte akan dipanggil untuk diselidiki.

Baca Juga: Hindari Wajib Militer, Pria Korea Selatan Sengaja Gemukkan Diri, tapi Akhirnya Ditangkap

Andres menyebut Sara Duterte sebagai pihak yang mengaku sebagai dalang, upaya terencana membunuh Presiden.

“Semua sumber daya pemerintah dan lembaga penegak hukum akan dikerahkan untuk mengidentifikasi tersangka pembunuh dan menentukan pertanggungjawaban pidana,” ujarnya.

“Kami harus menjaga ketertiban dalam masyarakat yang beradab dengan mematuhi supremasi hukum, dan kita akan menerapkan seluruh kekuatan dan memaksakan hukum sepenuhnya dalam hal ini,” tambah Andres.

 

Penulis : Haryo Jati Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU