> >

Ngeri, Kim Jong-Un Peringatkan Ulah AS akan Picu Perang Termonuklir Paling Merusak

Kompas dunia | 24 November 2024, 11:00 WIB
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengawasi latihan perang militer Korea Utara, Rabu (6/3/2024). (Sumber: Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

PYONGYANG, KOMPAS.TV - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un memperingatkan bahwa ulah Amerika Serikat (AS) seiring meningkatnya tensi global akan memicu perang termonuklir paling merusak.

Hal itu diungkapkan Kim Jong-un saat berbicara di eksebisi militer di Pyongyang, Jumat (22/11/2024).

Ia menegaskan bahwa semenanjung Korea tak pernah berada dalam risiko perang nuklir seperti saat ini.

Baca Juga: Korea Utara Kecam Latihan Militer AS di Korsel, Peringatkan Potensi Perang

Kim Jong-un juga menegaskan negosiasi dengan AS sebelumnya semakin menjelaskan agresivitas dan kebijakan bermusuhan terhadap Korea Utara.

Pernyataan Kim Jong-un itu muncul di tengah eskalasi tensi AS dengan Rusia, serta kecaman global yang diterima pemimpin Korea Utara itu karena mengerahkan lebih dari 10.000 tentaranya ke Rusia untuk berperang melawan Ukraina.

“Semenanjung Korea tak pernah berada dalam situasi kritis seperti saat ini,” ujarnya seperti diungkapkan Kantor Berita Korea Utara KCNA dikutip dari Newsweek.

“Ada kemungkinan besar terjadinya perang termonuklir yang paling merusak di tengah konfrontasi yang sangat berbahaya antara pihak-pihak yang berperang,” tambahnya.

Kim Jong-un mengaku sudah melakukan segalanya dalam negosiasi bilateral dengan AS.

“Tetapi yang kami menyadari bahwa bukan keinginan negara super-power untuk hidup berdampingan dengan kami, tapi sikap menodminasi dan agresivitas yang tak berubah, serta kebijakan bermusuhan terhadap DPRK,” tuturnya.

Baca Juga: Tentara Korea Utara Bantu Rusia, Putin Disebut Beri Kim Jong-Un Sistem Pertahanan Udara dan Minyak

Sementara itu, pada pernyataan gabungannya, Menteri Luar Negeri AS, Australia, Kanda, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Inggris dan Uni Eropa berbicara menentang pengerahan pasukan Korea Utara ke Rusia.

“Kami dengan istilah terkuat mengecam meningkatnya kerja sama militer antara DPRK dan Rusia, termasuk ekspor DPRK dan pengadaan rudal balitisk DPRK yang dilakukan Rusia secara tak sah dan melanggar beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB, serta penggunaan rudal dan amunisi terhadap Ukraina,” bunyi pernyataan mereka.

Rusia sendiri dilaporkan telah memberikan sistem pertahanan udara, serta jutaan barel minyak kepada Korea Utara, sebagai balasan pengiriman tentaranya untuk membantu Moskow.

 

Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada

Sumber : Newsweek


TERBARU