> >

Hizbullah Sinyalkan Lampu Hijau untuk Gencatan Senjata dengan Israel: Sekarang Tergantung Netanyahu

Kompas dunia | 21 November 2024, 09:48 WIB
Pemimpin tertinggi Hizbullah 2024, Naim Qassem. (Sumber: AP Photo/Bilal Hussein)

BEIRUT, KOMPAS.TV - Pemimpin tertinggi  Hizbullah Naim Qassem telah beri sinyal lampu hijau untuk gencatan senjata dengan Israel yang diajukan Amerika Serikat.

Naim Qassem menegaskan saat ini pihaknya telah meninjau proposal gencatan tersebut yang akan menghentikan agresi Israel ke Lebanon begitu juga sebaliknya.

Ia pun mencatat bahwa keputusan akhir gencatan senjata sekarang tergantung dari respons Israel dan keseriusan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Baca Juga: AS Kirim Ranjau Darat ke Ukraina untuk Perang Lawan Rusia, Malah Timbulkan Kemarahan

Pada pidatonya Qassem menunjuk  ketahanan Hizbullah di medan perang, dan mengatakan kelompok perlawanan Lebanon itu siap menimbulkan kerugian besar bagi pada militer Israel.

Ia juga menegaskan bahwa Hizbullah tidak akan menghentikan operasinya sambil menunggu hasil negosiasi.

“Kami menerima dokumen perundingan, meninjaunya secara menyeluruh dan memberikan masukan,” ujar Naim Qasem, Rabu (20/11/2024) dikutip dari Anadolu Agency.

Naim Qassem menegaskan bahwa Hizbullah akan menahan diri untuk membahas secara spesifik perjanjian yang diusulkan sampai negosiasi berjalan dengan tenang.

Ia menggarisbawahi bahwa keberhasilan perundingan sekarang tergantung pada tanggapan Israel terhadap masukan Hizbullah.

Naim Qassem mengatakan prinsip-prinsip negosiasi Hizbullah didasarkan pada dua tuntutan utama, penghentian permusuhan secara menyeluruh dan komprehensif dan pelestarian kedaulatan Lebanon.

Ia juga membantah klaim Netanyahu bahwa Hizbullah bernegosiasi di bawah tekanan, dan menekankan bahwa Israel juga dalam tekanan.

“Kami beroperasi di dua front, operasi militer dan negosiasi, serta kami tak akan menghentikan aktivitas militer di saat menunggu hasil dari pembicaraan,” katanya.

Ia menambahkan bahwa Hizbullah tetap tegas menolak anggapan bahwa Israel dapat mengamankan melalui negosiasi apa yang gagal dicapai di medan perang.

Meski AS berusaha memediasi kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah, muncul kekhawatiran di Lebanon mengenai potensi permintaan Israel.

Hal itu khususnya yang dikhawatirkan dari permintaan Israel untuk kebebasan pergerakan tentara Israel di Lebanon untuk merespons setiap pelanggaran dalam kesepakatan gencatan senjata.

Baca Juga: Ukraina Akhirnya Tembakan "Rudal Storm Shadow" ke Rusia untuk Pertama Kalinya

Naim Qassem juga dengan tegas mengatakan Hizbullah siap memperpanjang konflik, memperingatkan bahwa militer Israel akan mengalami kekalahan signifikan jika terus masuk ke selatan Lebanon.

“Bukan masalah jika musuh masuk ke satu desa atau yang lainnya. Yang penting adalah banyak mereka yang tewas dan di mana pejuang kami mengonfrontasi mereka,” tambahnya.

Ia mengatakan peranan Hizbullah bukan untuk menghalau gerakan maju lawan, tetapi untuk mengalahkan mereka di manapun mereka bergerak maju.

 

Penulis : Haryo Jati Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Anadolu Agency


TERBARU