> >

Trump Diyakini Ingin Bikin Iran Bangkrut, Demi Lemahkan Kemampuan Biayai Proksi dan Senjata Nuklir

Kompas dunia | 17 November 2024, 12:28 WIB
Presiden Terpilih AS Donald Trump tersenyum dalam acara nonton bareng hasil penghitungan suara pemilu di West Palm Beach, negara bagian Florida, AS, Rabu (6/11/2024) dini hari waktu setempat. (Sumber: Evan Vucci/Associated Press)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump diyakini ingin membuat Iran bangkrut.

Menurut sumber terdekat dari perubahan pemerintahan, Trump diyakini akan kembali menggunakan kebijakan tekanan maksimal agar hal itu bisa terjadi.

Dengan begitu, menurutnya akan melemahkan kemampuan Iran dalam membiayai proksinya di kawasan serta pengembangan senjata nuklirnya.

Baca Juga: Penusukan Massal di Kampus China Tewaskan 8 Orang, Pelaku Ternyata Lulusan Baru

Dikutip dari Financial Times, Sabtu (16/11/2024), sebuah sumber yang dekat dengan masalah tersebut mengatakan tim kebijakan luar negeri Trump disebut akan berusaha meningkatkan sanksi terhadap Teheran, termasuk ekspor minyak penting.

Hal itu kabarnya akan segera dilakukan Trump setelah dirinya terpilih kembali menjabat di Gedung Putih pada Januari nanti.

“Ia bertekad menerapkan kembali strategi tekanan maksimal untuk membuat Iran bangkrut sesegera mungkin,” ujar seorang pakar keamanan nasional yang akrab dengan transisi Trump.

Rencana itu akan menandai perubahan kebijakan luar negeri AS di masa penuh gejolak di Timur Tengah, setelah serangan Hamas ke utara Israel pada 7 Oktober 2023, memicu gelombang kekerasan di kawasan.

Juga memantik perang bayangan antara Israel dan Iran menjadi perang terbuka.

Orang terdekat Trump dilaporkan mulai berpikir taktik tekanan makssimal untuk digunakan sehingga Itan akan mau berbicara dengan AS.

Meski begitu, para ahli meyakini hal itu akan memakan waktu lama.

Trump sendiri mengkampanyekan tekanan maksimal pada pemerintahan perdananya, dan meninggalkan kesepakatan nuklir 2015, serta memberikan ratusan sanksi ke negara itu.

Sebagai respons, Iran pun meningkatkan aktivitas nuklir dan pengayaan uraniumnya hingga ke level mendekati senjata nuklir.

Sanksi-sanksi itu tetap berjalan di pemerintahan Joe Biden, namun para analis mengatakan hal itu tak dimplementasikan secara ketat, karena diharapkan bisa mengembalikan kesepakatan nuklir dengan Iran dan menghindari krisis.

Tekanan maksimum didesain untuk menggagalkan upaya Iran meningkatkan militernya atau membiayai kelompok proksi di Timur Tengah.

Baca Juga: Tentara Korea Utara Dikirim ke Rusia Makin Bikin Ngeri Musuh Kim Jong-Un, Hal Ini Sebabnya

Tetapi sumber lainnya mengatakan, tujuan utama adalah memaksa Iran kembali bernegosiasi dalam kesepakatan nuklir yang baru dan merubah kebijakan kawasannya.

Kelompok proksi Iran seperti Hamas, Houthi dan Hizbullah, terus menembaki Israel sepanjang tahun.

Iran dan Israel sendiri sudah saling menyerang langsung dengan rudal mereka.

 

Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada

Sumber : Financial Times


TERBARU