Iran Nilai Kemenangan Trump sebagai Peluang AS Tinjau Kebijakan yang Salah
Kompas dunia | 7 November 2024, 23:45 WIBTEHERAN, KOMPAS.TV — Iran berpandangan bahwa kemenangan Donald Trump di pilpres menjadi kesempatan Amerika Serikat (AS) untuk meninjau kebijakan yang salah.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian meremehkan dampak kemenangan Trump, dengan menegaskan bahwa hasil pemilu tersebut tidak akan memengaruhi negaranya.
Pezeshkian menambahkan bahwa Iran telah memprioritaskan pengembangan hubungan dengan negara-negara Islam dan tetangga.
"Kami tidak peduli siapa yang memenangkan pemilu AS," ujar Pezeshkian kepasa kantor berita resmi IRNA, dikutip dari Al Arabiya, Kamis (7/11/2034).
Pezeshkian menegaskan bahwa hubungan Iran saat ini difokuskan pada negara-negara di kawasan Timur Tengah.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, menyampaikan bahwa kemenangan Trump dapat menjadi momen bagi AS untuk mempertimbangkan kembali kebijakan-kebijakan masa lalu yang dianggap Iran sebagai “kesalahan besar.”
"Kami memiliki pengalaman yang sangat pahit dengan kebijakan berbagai pemerintahan AS di masa lalu," ungkap Baghaei, merujuk pada kebijakan AS yang dinilai sering merugikan kepentingan Iran.
“Kemenangan ini adalah peluang bagi AS untuk mengkaji kembali kebijakan sebelumnya,” tambahnya.
Baca Juga: Pemimpin Iran Ali Khamenei Sebut Hamas dan Hizbullah Terus Berjuang untuk Kekalahan Israel
Hubungan antara Iran dan AS telah memburuk sejak Revolusi Islam pada 1979 yang menggulingkan pemerintahan pro-Barat di Iran.
Ketegangan meningkat selama periode pertama kepresidenan Trump dari 2017 hingga 2021, ketika ia menerapkan strategi "tekanan maksimum" terhadap Iran.
Pada 2018, Trump secara sepihak menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran 2015 yang dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), dan memberlakukan sanksi ekonomi yang berat terhadap Iran.
Kebijakan ini semakin memperburuk ketegangan setelah pada 2020, di bawah arahan Trump, militer AS membunuh Jenderal Pasukan Garda Revolusi Iran, Qasem Soleimani, dalam serangan udara di Baghdad.
Kejadian tersebut lantas menuai kecaman luas di Iran dan semakin memperuncing hubungan kedua negara.
Sebelum hasil pemilu diumumkan, Pemerintah Iran menegaskan sikapnya yang tidak bergantung pada siapa pun yang memenangkan pemilu di AS.
“Kebijakan umum Amerika Serikat dan Republik Islam Iran tidak berubah,” ujar juru bicara pemerintah, Fatemeh Mohajerani.
Menurut Mohajerani, rencana-rencana kebijakan di Iran telah disusun agar tidak bergantung pada dinamika politik AS.
“Siapa pun yang menang, kami pastikan bahwa rencana yang ada sudah cukup kuat sehingga tidak ada dampak pada kesejahteraan rakyat Iran,” ujarnya.
Baca Juga: Kapan Donald Trump Dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat?
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Al Arabiya