Arab Saudi: Serangan Israel di Gaza Itu Genosida, Tidak Akan Buka Hubungan sampai Palestina Merdeka
Kompas dunia | 1 November 2024, 02:05 WIB“Beberapa dari kesepakatan yang lebih signifikan dalam kerja sama pertahanan jauh lebih rumit. Kami tentu menyambut baik kesempatan untuk menyelesaikannya sebelum masa jabatan pemerintahan (Presiden Biden) berakhir, tetapi ini bergantung pada faktor-faktor di luar kendali kami,” katanya, menjelaskan kompleksitas dalam kerja sama pertahanan.
Ia juga menambahkan bahwa “jalur kerja lain tidak terlalu terhubung, dan beberapa dari mereka sudah berkembang cukup cepat,” menunjukkan optimisme pada kemajuan kesepakatan di luar normalisasi hubungan dengan Israel.
Arab Saudi dan AS juga tengah membahas serangkaian kesepakatan terkait energi nuklir, keamanan, dan kerja sama pertahanan.
Baca Juga: Mandat Penangkapan Netanyahu Mandek 5 Bulan di ICC, Diduga Dihambat Operasi Intelijen Israel
Kesepakatan-kesepakatan ini awalnya merupakan bagian dari rencana normalisasi yang lebih luas antara Riyadh dan Israel.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyatakan pada bulan Mei bahwa Washington dan Riyadh mendekati kesepakatan penting, tetapi menekankan bahwa untuk melanjutkan normalisasi, dibutuhkan ketenangan di Gaza serta jalan menuju pembentukan negara Palestina.
Ketegangan di Timur Tengah meningkat awal bulan ini setelah serangan rudal Iran terhadap Israel pada 1 Oktober. Israel kemudian merespons dengan melakukan serangan ke beberapa lokasi militer di Iran, meskipun tidak menargetkan fasilitas nuklir atau minyak.
Negara-negara Teluk, termasuk Arab Saudi, telah meminta agar ada de-eskalasi yang mendesak, mengingat kekhawatiran mereka akan terjebak dalam konflik yang meluas.
Sebagai eksportir minyak terbesar dunia, Arab Saudi dalam beberapa tahun terakhir telah melakukan rekonsiliasi politik dengan Iran, yang telah membantu meredakan ketegangan regional. Namun, hubungan Saudi dengan Iran masih menghadapi tantangan yang kompleks.
“Saya pikir hubungan kita dengan Iran bergerak ke arah yang tepat, tetapi tentu saja ini rumit dengan dinamika regional yang ada,” ujar Pangeran Faisal, menunjukkan bahwa Riyadh tetap berhati-hati dalam menghadapi ketegangan geopolitik di kawasan tersebut.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Straits Times